TARI SALO
https://youtu.be/Si4W_Qvz_EM
Penggalan tulisan dari buku Sejarah dan Kebudayaan Sangihe. Oleh : Alffian Walukow.
....
Selain kegiatan Mě kalanto, dalam upacara Sundeng dilakukan juga kegiatan “Sumalo” atau “tari pengorbanan” . Tarian ini hanya ditarikan oleh “Ampuang” (Ampuang adalah Imam atau pemimpin keagamaan dan pemimpin ritual). Gerakan tari “Sumalo” adalah : berjingkrak-jingkrak, melompat-lompat sambil memegang “Bară” (pedang ). Pelaku tari (mereka bukan penari) mengibaratkan dirinya seperti sedang berperang. Konsep tari “Sumalo” adalah “Peperangan melawan Roh Jahat” yang mengganggu jiwa korban saat akan terlepas dari raga.
Melakukan gerak “Sumalo” juga di sebut sebagai “mê salai” (menari) sedangkan gerak tarinya di namakan “kengkeng” (kengkeng artinya meledak, pincang) atau “taha” yang berarti batang pohon. Dinamakan kengkeng karena salah satu gerakannya adalah menghentak-hentakan kaki ditanah menyerupai cara berjalan orang pincang, sehinga menimbulkan bunyi yang kuat. Dinamakan “taha”, karena para penari juga menghentakkan kaki di batang pohon. Gerakan “kengkeng” masih bisa ditemukan pada gerak tari “salaing ese” (tarian lelaki) pada tarian “salaing ese” dari kampung “Menggawa-Tamako” dan Tariang Lama.
Pada saat ini dikepulauan Sangihe terdapat sebuah tarian bernama “tari salo” yang diadaptasi dari “tari sumalo”. Salo memiliki pengertian lain sebagai “berteriak”.
Tarian kengkeng memiliki kesamaan fungsi dengan tari “lide”, (lide artinya tekan). Tari lide adalah tari “pengantar roh” dalam upacara Sundeng di wilayah Manganitu. Tari lide dilakukan oleh ampuang perempuan dengan cara saling mengaitkan jari kelingking tangan sambil berputar-putar mengitari/melingkari “korban”. Para pelaku “lide” dalam melakukan gerak, kakinya tidak menyentuh tanah tetapi melayang. Alasan pemberian nama lide bukan karena tariannya tetapi pada musik pengiringnya. Gerak tari lide diiringi oleh musik “lide” yang pada saat ini dikenal sebagai musik “oļi”. Pemberian nama “lide” didasarkan pada jari-jari yang menekan lobang-lobang suling. Suling dalam bahasa sangir disebut “bansî”. Proses menekan disebut sebagai “mênêłide” atau “têłide”.
Dst....
https://youtu.be/Si4W_Qvz_EM
Penggalan tulisan dari buku Sejarah dan Kebudayaan Sangihe. Oleh : Alffian Walukow.
....
Selain kegiatan Mě kalanto, dalam upacara Sundeng dilakukan juga kegiatan “Sumalo” atau “tari pengorbanan” . Tarian ini hanya ditarikan oleh “Ampuang” (Ampuang adalah Imam atau pemimpin keagamaan dan pemimpin ritual). Gerakan tari “Sumalo” adalah : berjingkrak-jingkrak, melompat-lompat sambil memegang “Bară” (pedang ). Pelaku tari (mereka bukan penari) mengibaratkan dirinya seperti sedang berperang. Konsep tari “Sumalo” adalah “Peperangan melawan Roh Jahat” yang mengganggu jiwa korban saat akan terlepas dari raga.
Melakukan gerak “Sumalo” juga di sebut sebagai “mê salai” (menari) sedangkan gerak tarinya di namakan “kengkeng” (kengkeng artinya meledak, pincang) atau “taha” yang berarti batang pohon. Dinamakan kengkeng karena salah satu gerakannya adalah menghentak-hentakan kaki ditanah menyerupai cara berjalan orang pincang, sehinga menimbulkan bunyi yang kuat. Dinamakan “taha”, karena para penari juga menghentakkan kaki di batang pohon. Gerakan “kengkeng” masih bisa ditemukan pada gerak tari “salaing ese” (tarian lelaki) pada tarian “salaing ese” dari kampung “Menggawa-Tamako” dan Tariang Lama.
Pada saat ini dikepulauan Sangihe terdapat sebuah tarian bernama “tari salo” yang diadaptasi dari “tari sumalo”. Salo memiliki pengertian lain sebagai “berteriak”.
Tarian kengkeng memiliki kesamaan fungsi dengan tari “lide”, (lide artinya tekan). Tari lide adalah tari “pengantar roh” dalam upacara Sundeng di wilayah Manganitu. Tari lide dilakukan oleh ampuang perempuan dengan cara saling mengaitkan jari kelingking tangan sambil berputar-putar mengitari/melingkari “korban”. Para pelaku “lide” dalam melakukan gerak, kakinya tidak menyentuh tanah tetapi melayang. Alasan pemberian nama lide bukan karena tariannya tetapi pada musik pengiringnya. Gerak tari lide diiringi oleh musik “lide” yang pada saat ini dikenal sebagai musik “oļi”. Pemberian nama “lide” didasarkan pada jari-jari yang menekan lobang-lobang suling. Suling dalam bahasa sangir disebut “bansî”. Proses menekan disebut sebagai “mênêłide” atau “têłide”.
Dst....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar