Senin, 09 Desember 2019

Sejarah Singkat Masamper

Masamper Engulang sebagai cikal bakal Masamper Baru.
Oleh : Alffian Walukow
(rakyat kecil di pulau Sangihe)


https://m.youtube.com/watch?v=2WgXku-UjPA

Kata Engulang sama artinya dengan Sabuah (sabuah adalah bahasa Ternate yang di sadur ke bahasa Melayu Menado  dengan arti : Tempat bernaung sementara, ukurannya lebih besar dari "daseng")

Masamper Êngulang adalah bentuk awal dari Kesenian Masamper yang dikenal saat ini.
Periodisasi lahirnya Masamper:
Masamper adalah sebuah kesenian tradisi yang berakar dari tradisi Mêbawalasê atau Mêbawalisê.
Banyak kalangan baik itu Budayawan, Sejarahwan, Akademisi dan generasi baru Sangihe saat ini menafsir dan menterjemahkan kata Mêbawalasê atau Mêbawalisê dari kata "Balas".
Hal tersebut adalah sebuah kekeliruan akibat terjebak oleh kata "balas" dalam bahasa Indonesia atau "reply" yang berarti balasan, jawaban, balas, jawab, sahutan, pembalas.
Secara kebetulan saja kata "balas" sama dengan makna "měbawalasê" , tetapi dalam bahasa Sangir memang ada kata khusus yang menjelaskan tentang konsep "mebawalasê" yaitu dari kata :........???
Masamper lahir dan berkembang dari tradisi lisan atau oral literary atau sastra lisan Sangihe.
Kesenian Masamper hanyalah salah satu bagian dari tradisi měbawalasê.
Bentuk-bentuk tradisi měbawalasê :
Měbawalasê papantung,
měbawalasê tatinggung,
měbawalasê Lahopa (pantun, teka-teki dan mantra) sebagai bentuk sastra tertua.
Seterusnya lahir měbawalasê kantari sabagai cikal bakal utama dari masamper.
Tradisi měbawalasê sudah ada sejak masa Sundeng (kisaran tahun 1300 sampai masa awal kerajaan tabukan 1400-1500).
Tradisi ini kemudian terus beradaptasi mengikuti saman sampai kemudian lahir tradisi baru yaitu : berbalas pantun, teka-teki, dan mantra yang dinyanyikan. Tradisi ini kemudian membentuk kebudayaan baru bernama : mêdenden (menyanyikan pantun secara berbalasan) dan mêsasambo (menyanyikan mantera secara berbalasan).
Tradisi metatinggung memasuki ranah yang lain bersama dengan "berang konti" sama dengan "bercerita lucu dengam isi cerita fiktif".
Sejak masuknya bangsa penjajah dari Belanda yang juga membawa Injil, tradsi ini dianggap sebagai bentuk kekafiran.
Mereka mencoba mengalihkan makna/pesan-pesan pada lirik lagu bukan lagi kepada "dewa" (duata genghona, mawendo & adieng tinggî) tetapi kepada "Tuhan Allah".
Sejak kembalinya nona Steller (ponakan E.T.Steller) dari Belanda dia mulai menggarap kemampuan musikalitas orang Paghulu dalam paduan suara Gereja.
Tetapi dia lupa bahwa kesenian mebawalase disukai juga oleh orang sangir beragama Islam sebagai tradisi warisan nenek moyang.
Sebagian besar aktifitas mebawalase berubah nama menjadi mebawalase kantari.
Kesenian ini kemudian berfungsi sebagai hiburan dalam setiap kematian.
Jauh sebelum ada muatan lagu-lagu kristen, membawalase sudah berjalan dengan lagu-lagu ciptaan sendiri dari para pelaku mebawalase.
Sampai kemudian memperolah identitas baru sebagai masamper sejak 1930-an
Tetapi berubah lagi sejak tahun 1950-an
Menjadi tradisi : tunjuk, tunjukkě, menunjuk, mê tatêbo" di wilayah kerajaan tabukan dikenal juga sebagai "mékantari".
Unsur utama pada Masamper Engulang dimasa lalu:
1. Disajikan sebagai penghibur duka saat ada kematian.
2. Peserta utamanya adalah laki-laki, jika ada perempuan yang hadir, harus duduk di belakang.
3. Peserta tidak boleh berdiri. Yang boleh berdiri hanyalah Pangaha/pemimpin lagu (serupa dengan dirigen atau konduktor)
4. Tidak ada aktifitas gerak tubuh.
5. Pangaha bergantian setiap berganti lagu.
6. Harus berpakaian rapih.
7. Tidak boleh mengkonsumsi alkohol.
8. Bernyanyi di acara duka bukan hanya sebagai "menghibur" saja tetapi juga sebagai penghormatan kepada keluarga juga kepada orang yang telah meninggal saat itu.
9. Biasanya kagiatan masamper dimulai jam 9 malam
10. Urutan lagunya adalah;
- lagu pertemuan dan pujian (jam 9 sampai 11)
Sebagian besar unsur lagu pada babakan ini adalah dari kumpulan lagu Tahlil, Masmur, Dua Sabat Lama.
- setelah jam 11 sampai selesai secara berurutan mulai dinyanyikan lagu-lagu dengan lirik sastra tinggi, lagu-lagu cinta kepada orang tua, cinta badani (cinta muda-muda), dalam babakan ini sudah menggunakan lagu ciptaan sendiri.
terakhir ditutup dengan lagu perpisahan.
Kesenian ini kemudian dianggap sebagai kesenian Kristen Sangir.
Kesenian mêbawalasê pada orang Islam sangir yang dikembangkan "Hadrah Manggut".
Yang sangat miris adalah: kesenian Hadrah Manggut tidak menjadi bagian dari kegiatan "Mědameang" pada upacara adat Tuludê.
Dalam satu episode pergelaran Masamper Engulang dapat dinyanyikan sebanyak hampir 200 judul lagu.

Oleh tuntutan saman, masamper mulai menemukan bentuk, gaya dan fungsi yg baru.
Pertama kali dipublikasi dalam bentuk rekaman kaset Oleh grup Dampelos.
Seterusnya lahir lagu masamper kaset pertama kali oleh Grup Masamper Tampungang Lawo Jakarta. Dalam kurun waktu yang lama sejak 1990 lahirlah kaset Masamper dari grup Masamper Teling Manado.
Di era yang hampir bersamaan lahir lagu-lagu bernuansa masamper dalam bentuk pop oleh grup Alfa Omega.
Grup ini dibentuk oleh Dickson Haling bersaudara bersama Helmut Hontong (sekarang wakil bupati).
Mereka kemudian memasuki rekaman dg nama "Alfa Naburju" (naburju dari bahasa batak) seterusnya lahir grup Alfa Omega yang membawahi Alfa Trio dan beberapa grup lain.
(Kini nama Alfa Omega oleh Dikson Haling diabadikan menjadi nama "cafe" di puncak Lenganeng (diwilayah kepolisian kampung Lenganeng, bukan Pusunge). Pemunculan "nama" Puncak Pusunge pada Puncak Alfa Pusunge akan menjadi sumber seteru dimasa datang antara Lenganeng dan Pusunge.)
Seterusnya lahir Masamper dalam sajian paduan suara di Gereja GMIST Tanjung Priuk Jakarta. Di Makasar lahir inovasi Baru Masamper paduan suara oleh Dr.Tinungki dengan aransmen-aransmen choir.
Meskipun belum ditemukan pola penilaian baku, Masamper mulai dilombakan atas usaha dari Bupati Sangihe Kol.Inf.Yan Mende (Yan Mende adalah tau Kalinda yg menikah dengan Mandik dari Kauhis.Salah satu putrinya menikah dengam Dr.Ivan Kaunang/salah satu pakar sejarah Islam Sangir, Yan Mende adalah salah satu sahabat dari Piere Andreas Tendean)
Masamper tidak menemukan inovasi di tamah Sangir tetapi diluar Sangir.
Kenyataan yang terjadi saat ini, Masamper sedang di bentuk berdasarkan standar Masamper Luar Sangir.
Unsur "mebawalase" mulai dianggap tidak penting.

Dst....