Sabtu, 14 September 2019

Memahami makna Kata BUNGKE

MEMAHAMI MAKNA KATA BUNGKE DALAM  TRADISI  SANGIHE
Oleh : Alffian Walukow

video : ZUMBA BUNGKE

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://m.youtube.com/watch%3Fv%3D348lt-Y0dlY&ved=2ahUKEwin1ZDT7NDkAhU_IbcAHde0C8UQwqsBMAB6BAgGEAQ&usg=AOvVaw3BAScF0WuE5uS2S_yZ7Brp&cshid=1568482667945

Menjelang pemilihan  Bupati  Kepulauan  Sangihe tahun 2017, lahirlah sebuah lagu yang dikenal sebagai  lagu  “Bungkẹ”. Lagu  ini  diciptakan  oleh Rivo Makatumpias asal  Kelurahan  Tapuang_Tahuna.  Proses  lahirnya  lagu  ini  pada  awalnya diciptakan  sebagai  “dukungan”  kepada  salah  satu  Paslon Bupati. Tak disangka  dan  tak diduga  kehadiran lagu “Bungkẹ” sangat  disukai  oleh  masyarakat  Sangihe.
Pada  tahun  itu  juga lahir  ide  baru  dari  dua  orang muda  bernama Heri Tempomona dari Kampung Naha dan Komar Durubatu dari  Kampung Naha. Mereka  menciptakan  gerakan  Zumba  dengan  iringan  musik menggunakan  lagu Bungkẹ.  Karena  menariknya  gerakan  Zumba  tersebut  maka  mereka sering  diundang  dalam  beberapa  Iven (hayatan atas kemenangan  salah  satu  Paslon).
Melihat  gejala  tersebut, pada  tahun 2018  mulai  diadakan lomba Tari Bungke.   Pada  beberapakali  tampilan  tari  Bungke banyak  variasi  tari  yang  memunculkan  gerak tari  mengadaptasi gerak  tari Tradisi seperti Gunde, Salo, dan  gerakan  “Yora”  Masamper.  Pada  tahun  2018  lahirlah sebuah kegiatan  yang  dinamakan  “Senam  Bungke”. Pola  gerak  pada  senam  bungke memuat gerakan-gerakan tambahan  yang  diambil dari  gerakan  tari  tradisi  Sangihe.
Antusias  masyarakat  Sangihe menyambut  lahirnya  lagu  Bungke  sangat  tinggi.  Oleh  keadaan itu, bapak  Bupati  Kepl. Sangihe memberikan  penghargaan setinggi-tingginya  kepada  Rivo Makatumpias pada  acara  peringatan setahun “Megahago”. Lanjutan  dari  penghargaan  tersebut,  lagu  Bungke  telah ditetapkan sebagai  salah satu  lagu resmi daerah dengan  Surat  Keputusan (?)  no. 5 tahun 2019.
Apa  itu  Bungke?
Kajian singkat  tentang  pesan dan makna   yang  terkandung  pada  lirik  lagu  Bungke.
Lirik  lagu  Bungke :
1. Bangun  pagi, Samua ba kumpul
2. Di atas sana, di Pamangkonang
3. Siapkan  Niat dan juga  tekad,
4. Untuk  mencari, mencari pala
5. Bungke  kanan, bungke  kiri
6. Pertahanan  siap diuji
7. Awas  jangan  dapa riki
8. Siap jo  Lari
9. Turung Kuala, nae tanjakkan
10. Masuk Jurang sudah  biasa
11. Anak  Tarzan dari Tapuang sudah biasa.


Adaptasi ke  Bahasa  Indonesia
1. Bangun Pagi , semua  berkumpul
2. Diatas sana, di *Pamangkonang
3. Siapkan niat  dan juga  tekad
4. Untuk  mencari, mencari **pala
5. ***Bungke  kanan, bungke  kiri
6. Pertahanan  siap di uji
7. Awas,…jangan  sampai kepergok
8. Bersiap  untuk  lari
9. Turun sungai, naik tanjakan
10. Masuk  jurang sudah  biasa
11. **** Anak Tarzan dari *****Tapuang sudah biasa

*tempat  pengolahan  sagu

**Pala  adalah jenis buah yang didalamnya  terdapat  “fuli”  yang  membungkus  batok dan  didalam  batok terdapat  “koe”.  Harga  dari  kedua  bahan  tersebut  lumayan mahal)

*** Bungke : adalah  kosa  kata  bahasa  sangir  yang  memiliki  pengertian sebagai “ Mencari sesuatu  direrumputan  atau diantara  dedaunan  dengan  cara  mengais”.  Aktifitas  seperti itu di sebut juga  sebagai “mêmungkẹ”  (bah. Sangir),  “mêmungki” (bah. Siau).  Dalam  bahasa Sangir  Sasahara kata  Bungkẹ disebut “Mamoso” .

****Anak Tarzan :  sekelompok  anak anak  muda  yang  jago  memanjat pohon.

*****Tapuang :  adalah  nama  kelurahan  di Tahuna

Dalam  tradisi  Sangihe, memungke  adalah sebuah   aktifitas  mencari  sesuatu diatara rerrumputan  atau  dedaunan.
Misalnya :
- Memungke Cingke : mencari cengkih diantara  dedaunan dengan  cara  mengais  dengan  tangan  atau  menggunakan  ranting.
- Memungke Pala :  mencari biji pala  yang  jatuh diantara  dedaunan dengan  cara  mengais  dengan  tangan  atau  menggunakan  ranting. Biji  pala  yang  jatuh  dapat  berupa  biji pala  yang  jatuh  saat  sedang  panen  atau  yang  jatuh  saat  tidak  panen (jatuh dengan  sendirinya)


- Dibeberapa  tempat di  pulau  Sangihe,  memungke adalah kegiatan  yang  positif. Hal  yang  sama  juga  terjadi  di Pulau  Siau, anak  - anak  sekolah  tidak  dilarang memungke  biji pala  di kebun  pala  yang  bukan  milik sendiri tetapi dengan  syarat “dilakukan sebelum  pemilik pohon pala melaksanakan panen” artinya : mereka  hanya  mengambil  biji  pala  yang  jatuh dengan  sendirinya  dari  pohon.
- Aktifitas  bungke  atau memungke  mulai  tidak disukai  karena :  orang-orang  yang datang ke kebun pala (milik orang lain) tidak  hanya  memungke  saja atau mengambil  biji  pala  yang jatuh tetapi mulai memanjat pohon dan mengambil biji pala  yang  masih tergantung dipohon.
- Salah  satu  dampak  dari tidak disetujuinya  “bungke”   adalah   lahirnya peraturan Kampung yang  melarang siapa  saja “membungke” dikebun  yang  bukan milik sendiri.

Setelah kebiasaan membungke mulai disalah gunakan  maka  sebagian  masyarakat menganggap Bungke sama dengan “Mencuri”

Dokumentasi Bungke dan kunjungan di Festival Pesona Sangihe 2019