Senin, 25 Februari 2019

LEGENDA LIPAN DAN KONIMPIS VERSI WIAU LAPI


LEGENDA LIPAN DAN KONIMPIS
Oleh : Alffian Walukow


( Perang memperebutkan Batas Minahasa Dan Kerajaan Mongondow
berlangsung tiga kali, juga sebagai upaya ekspansi Mongondow ke
Minahasa )
a. Cerita Lipan dan Konimpis, Versi Kampung Wiau-
Lapi.
Pada saman dahulu hiduplah dua orang kakak beradik
disebuah hutan yang terletak di sebelah barat kampung Wiau-
Lapi, tepatnya diperkebunan konimpis. Lipan, adalah anak
sulung, Konimpis adalah anak bungsu. Setiap hari Lipan
bekerja sebagai pemburu dan suka memasak daging tikus.
Sedangkan Konimpis pekerjaannya adalah tukang batipar
saguer (penyadap nira). Oleh kakaknya, Konimpis dijuluki
wolot karena berbadan kecil.
( Daerah Minahasa mengenal bermacam-macam tikus
menurut ukuran besar badan diantaranva adalah ,Te’ bung,
pengala' den, tangkomot, lumalaput, turean, lolak. Worongis,
wolot, tikus kapal. ).
Lipan sisulung berbadan kekar sehingga mendapat
bagian pekerjaan sebagai pemburu. Mereka tinggal di
pinggiran sebuah sungai yang sekarang ini diberi nama
sungai Konimpis. Saat ini nama Konimpis adalah nama
sebuah perkebunan desa Wiau-Lapi yang merupakan wilayah
dari kampung Lapi sebelum bersatu dengan kampung Wiau,
tahun 1890.
Pada suatu saat karena tidak tahan selalu diejek oleh
lipan yang sering memanggilnya wolot terjadilah
perselisihan. Akibat dari perselisihan itu, Konimpis
berpisah dengan kakaknya dan pergi jauh ke wilayah
Kerajaan Mongondow. Oleh karena kepatuhan dan
kepintarannya, konimpis diangkat sebagai salah satu
panglima perang kerajaan Mongondow. Ketika kerajaan
Mongondow mengadakan ekspansi mencoba memperluas
wilayah kekuasaan dengan merampas sebagian tanah
116 TAHUN DESA WIAU LAPI, Alffian W.P. Walukow, S.Pd
Minahasa yang saat ini berada diwilayah Kabupaten
Minahasa Selatan. Peperangan demi peperangan
dimenangkannya.
Pada suatu saat Konimpis diutus berperang untuk
merebut wilayah disekitar pegunungan Tareran sekarang,
Pasukan Mongondow dan pasukan Minahasa bertempur
habis-habisan. Pusat kekuatan pasukan Mongondow berada
didesa Pinamorongan sekarang, didaerah pinamorongan
masa lalu terdapat tempat pemancungan kepala orang.
" Pinamorongan asal kata dari pinorongan (ikat kepala) atau
poporong ( jambul ayam) Merupakan julukan untuk pasukan
Mongondow yang selalu berikat kepala. "
Pusat pertahanan para prajurit ( Waraney ) Minahasa
berada di desa Wuwuk. Di tempat ini Tonaas-tonaas
membakar kemenyan. Wuwuk adalah nama sebuah pohon
sebangsa kemenyan yang dipakai sebagai bakaran menyertai
mantera untuk memperkuat pertahanan prajurit Minahasa
yang sedang bertempur dengan kekuatan supra natural.
Prajurit Minahasa diberikan ikat pinggang berisi kekuatan
magic yang disebut Wentel.Wentel dapat berupa batu atau
karimenga sebangsa pohon liar.
Daerah pertempuran antara kedua pasukan. adalah di
Pegunungan Tareran yang membentang dari antena Relay
TVRI (keadaan sekarang) sampai ke perkebunan desa Wiau-
Lapi tepatnya dijalan masuk menuju perkebunan
Kayurangka.Pertempuran yang dilakukan oleh kedua
pasukan memakan banyak korban jiwa. Mayat-mayat
berhamburan disepanjang pegunungan Tareran, baik dari
pihak Lipan maupun pihak Konimpis.
Para tetua kampung Wiau Lapi mengatakan bahwa
mayat-mayat tersebut seperti diatur atau dalam bahasa
Tountembouan disebut airarer, irarer, nirarer, Tempat itu
juga sering dinamai paragesan, (tempat diaturnya mayatmayat)
atau parageyan asal kata ragey (tempat
penyembelihan). Paragesan adalah tradisi menyembelih
korban Manusia. Di kemudian hari menggunakan binatang,
116 TAHUN DESA WIAU LAPI, Alffian W.P. Walukow, S.Pd
untuk dipersembahkan kepada arwah leluhur. Dari kisah
inilah dikenal nama Tareran dengan asal kata Airarer yang
berarti diatur.
Peperangan berujung pada perkelahian antara dua
kakak beradik yaitu Lipan dan Konimpis satu lawan satu.
Perkelahian berlangsung cukup lama karena masing-masing
memiliki kesaktian. Konimpis memiliki kesaktian yang luar
biasa sehingga Lipan tidak sanggup mengalahkannya.
Timbullah siasat Lipan untuk mengalahkan Konimpis dengan
tipuan. Disebuah sungai kecil ( sungai konimpis sekarang)
Lipan merebahkan tubuhnya membentang diatas sungai
seperti sebuah sebuah dodoku (jembatan kecil dai kayu).
Ketika konimpis menyeberangi tubuh Lipan yang dikiranya
Jembatan, maka Lipan mempergunakan kesempatan untuk
menjatuhkan Konimpis kedalam sungai. Perkelahian hebat
terjadi, dan pada saat itulah kedua kakak beradik gugur.
Sebelum mati, Konimpis yang memiliki kesaktian,
memukulkan tangannya ke sebuah batu dan jadilah tanda
tapak tangan.
Peristiwa perkelahian ini terjadi diatas sebuah jeram.
Sedangkan posisi batu masih ada, tapi sudah tidak ada lagi
bekas telapak tangan. Konon pada saat-saat tertentu ada
orang yang bisa melihat batu tersebut dengan cara
mempersembahkan korban sembelihan seekor ayam putih.
Batu tersebut dikenal dengan batu Konimpis ,batu ini menjadi
tanda bahwa pemah terjadi perrnusuhan antara kakak beradik
dan menjadi pesan alamiah kepada penduduk setempat agar
supaya jangan terjadi lagi hal yang sama.
Kisah ini sudah diceritakan secara turun-temurun
didesa Wiau Lapi dan telah ditulis berdasarkan penuturan
dari tua-tua kampung. Selain menjadi nama sebuah
perkebunan di desa Wiau-lapi kecamatan Tareran, konon
nama Konimpis diabadikan menjadi nama sebuah sungai di
daerah Mongondow dengan nama sungai Konimpi'.
Versi lain mengatakan bahwa Konimpis dibunuh oleh
116 TAHUN DESA WIAU LAPI, Alffian W.P. Walukow, S.Pd
seorang anak raja di dsaerah Tombatu dengan Rumput piso
atau Rumput Sarawet ketika sedang pulang Ke Mongondow.
Keturunan dari Lipan adalah Pangkey.
Legenda ini ditulis berdasarkan tutur dan wawancara dengan tua-tua
kampung Lapi sejak 1980-an.
Nara sumber lisan dari : Bpk. Jesaya Pendong (papa dolop), Bpk. J.A.
Senduk, Bpk. R.M. Sambur,Bpk, S.P.Walukow,Bpk.Alexander Walukow,
Bpk . Guru Worotitjan, Oma Palar.
b. Cerita Lipan dan Konimpis berdasarkan Versi orang
Tombatu
Disekitar Sungai Bulilin Tombatu, berdirilah sebuah
kerajaan yang dipimpin oleh seorang Ratu. Ratu tersebut
adalah salah satu keturunan dari Pingkan Matindas. Dari sang
Ratu lahir dua orang anak bernama Lipan dan Konimpis.
Beranjak dewasa diberikanlah dua wilayah oleh sang ratu
kepada dua anaknya sebagai tempat mencari nafkah.
Berdasarkan karakter masing-masing, maka Lipan diberikan
wilayah di daerah Kiawa. Kemudian pada satu saat, Lipanlah
yang membangun daerah Lansot dan Rumoong atas.
Konimpis diberikan Wilayah dari Tombatu sampai ke Buyat.
Setiap hari Konimpis bekerja sebagai nelayan di danau Bulilin.
Penuturan Dari, Amir Mamonto
Guru SMP Molompar.Mantan
Guru Seni rupa SMP Negeri
Tareran di Rumoong
116 TAHUN DESA WIAU LAPI, Alffian W.P. Walukow, S.Pd
E. KAJIAN TERHADAP KATA TARERAN
Perkebunan bernama Konimpis didesa Wiau-Lapi dan
sungai bernama Konimpis yang menyeberangi perkebunan
Pawunongan menjadi acuan bahwa Legenda Lipan dan Konimpis
terjadi di Desa Wiau Lapi.
Legenda Lipan dan Konimpis adalah Legenda yang lahir sebagai
akibat dari masalah “ma’kere “ ( memindahkan batas tanah )
perbatasan antara Minahasa dan Mongondow.
Dari peristiwa itulah kemudian lahir pengistilahan
Rinareran pada daerah disekitar puncak Tareran, termasuk
didalamnya Kampung Wuwuk, Rumoong atas dan Wiau Lapi
( tidak termasuk Lansot ). Jika kita mengambil kata Tumareran
berarti sekelompok orang dari Tareran.
Tetapi tidak ada bukti bahwa nama Tareran berasal dari kata
Taar - era. Istilah Tareran bukanlah suatu pemberian, tetapi
suatu pengistilahan yang sudah melalui proses penamaan secara
tidak sengaja oleh orang-orang yang tinggal disekitar puncak
Tareran dan mengalami proses perubahan oleh dialek orang yang
mengucapkannya.
Kata Taar era yang diartikan sebagai “pesan mereka”
adalah makna penting dari peristiwa, bukan pesan langsung dari
mulut Konimpis atau Lipan, juga bukan pesan dari cerita. Bukti
yang menguatkan bahwa Tareran berasal dari kata Ai-rarer,
Rinareran, Parareran dan paragesan, rinagesan, adalah legenda
itu sendiri yang berarti tempat diaturnya mayat, mayat-mayat
yang berderet, tempat penyembelihan.Tidak ada satu istilah
yang menjadi nama kampung, mampu bertahan selama beratus
tahun tanpa perubahan yang sangat signifikan .
Kata Tareran dari kata Taar era ( Menurut Drs. A. J.
Wawointana ) hanya mengalami pengurangan vocal “ a” dan
penambahan konsonan “ n “
Contoh beberapa pengistilahan yang mengalami perubahan oleh
proses dialek selama beratus tahun seperti :
- Minahasa berasal dari kata : Malesung, Makalisung, Maesa,
116 TAHUN DESA WIAU LAPI, Alffian W.P. Walukow, S.Pd
Minaesa, Nimaesa, terakhir
Minahasa
- Manado berasal dari kata : Manarou (dari kata bahasa
sangihe “ marau” ), Wenang,
terakhir Manado
Tareran adalah tanah terakhir yang mampu dimasuki
Pasukan Kerajaan Mongondow setelah kalah di Kayuuwi.Untuk
mempertahankanya diutuslah para waraney dari daerah lain.
Ada dua orang utusan dari daerah Tonsea Rimper dan Dotulong,
mereka memiliki keahlian menterjemahkan suara burung Wara’
atau Burung Manguni beberapa hari sebelum pertempuran.
Bukti kuat yang menjelaskan bahwa mereka orang Airmadidi
(suku Tonsea), adalah Waruga ( disamping Balai desa Lansot
sekarang ). Pada saat itu hanya dikenal daerah Pegunungan
disekitar Rumoong, belum ada kampung Lansot ( Graffland,
1860 )
Budaya Waruga tidak dikembangkan di Tareran. Waruga di di
Desa Lansot memiliki gaya yang sama dengan Waruga-Waruga
di Sawangan, Airmadidi
Nama – nama kampung yang teradaptasi akibat Perang
Minahasa - Mongondow diantaranya adalah :
Kayuuwi, Rumoong, Wuwuk, Pinamorongan, Tumpaan, Lompa’,
Tambelang, daerah aer anjing, Sinisir dan Poigar dan beberapa
kampung lain.
Legenda “ Nasija Mongondow “
Orang Mongondow tidak membakar nasija di bulu
Tambelang. Karena bulu Tambelang pernah digunakan sebagai
tombak untuk membunuh pasukan Mongondow di daerah
perkampungan Tambelang. Nasija Mongondow asli hanya
dibungkus dengan daun Elusan atau daun Laci ( lecit ) lalu
direbus dengan santan. Sedangkan nama nasija Mongondow
sekarang adalah adaptasi dari kata bahasa sangir Bahundak
dengan arti nasija.
Manarou adalah nama Tua dari Manado, diadaptasi
116 TAHUN DESA WIAU LAPI, Alffian W.P. Walukow, S.Pd
yang dimasa lalu adalah pusat kerajaan Bowontehu.Raja Kerajaan
Bowontehu pertama adalah Mokodolughu anak dari raja pertama
kerajaan Mongondow. Raja Mongondow pertama adalah
Waruga Rimper Dotulong di Desa Lansot, kec. Tareran
Waruga Sawangan Airmadidi
dari kata Marau (bahasa sangihe , yang berarti jauh)
Pulau Manado tua adalah Kedatuan sangihe tertua
keturunan dari Sultan Cota Bato Philliphina.



Minggu, 10 Februari 2019

RAJA BATAHA SANTIAGO DARI KERAJAAN MANGANITU MELAWAN VOC. oleh : Alffian Walukow


BATAHA  SANTIAGO
Oleh : Alffian Walukow







DARI  UNIVERSITAS   SANTO THOMAS MANILA
Tahun 1571 Spanyol menaklukan Philliphina, sampai  kemudian Bataha mulai mengikuti  pendidikan di Universitas Santo Tomas Manilla ( Intramuros ), letaknya di pulau  Luzon. Ketika  itu,  Spanyol sudah memperluas  kekuasaannya  ke  seluruh  kepulauan Philliphina termasuk  sebagian  wilayah di utara  Indonesia. Bataha mulai  kuliah  di   Universitas St. Tomas  pada   tahun  1666  dalam   usia   empat puluh  empat   tahun. 
Bataha   menyelesaikan  pendidikan  tahun 1670. Selama   masa  pendidikan,  Bataha sempat  pulang  dan  mempersunting  putri  bangsawan  Tahuna  bernama Lekumbuwe. Dari  perkawinan  tersebut  memperoleh  anak   bernama Dalepe.
                Hari  masih   pagi, Bataha sudah bangun dari tempat tidur. Nampaknya  sedang  berkemas. Hari itu juga dia   harus  meninggalkan  Manilla dan  pulang ke Manganitu,karena  masa belajarnya sudah selesai. Empat  tahun  bukanlah waktu   yang   pendek.  Ditempat  ini,  tepatnya   di  Universitas  Santo  Thomas, banyak  hal   sudah  ia  pelajari.  Letak Universitas  St. Tomas  tidak  jauh   dari    Fort  Santiago . Sampai  menjelang   keberangkatan,  Bataha  tidak   lagi   bertemu  dengan  temannya dari  Siau, Franciscus Xaverius  Batahi.
Sebagai seorang   Khatolik, bataha tidak melupakan   perlengkapan  yang  berhubungan  dengan  keagamaan  seperti  biblle,rosario dan   buku – buku   lainnya  termasuk  buku-buku  pelajaran. Berat   rasa   meninggalkan  teman-temannya. Tetapi  bataha   harus   pulang. Dipintu kamar,  sekali  saja  dia   melakukan   tanda   salib.
                Dengan   banyak   perlengkapan pergilah Bataha menuju  pantai. Dipelabuhan   sudah  siap  sebuah   Konteng, perahu   kerajaan   yang   dikirim  ayahnya   Datu  Tompoliu (datu  adalah  sebutan   untuk   raja di  kepulauan  sangihe). Dari perahu menunggu seorang  Bobato, seorang  Kapiten  laut,pengawal  istana,alanga  atau  elang  (hamba  atau budak) yang  bertugas  sebagai   pendayung. Ada  juga  seorang   kakek tua yang  memegang Tagonggong. Perahu   ini   cukup   mewah untuk   ukuran masa itu. Pada bagian Ujung  haluan dan  buritan terdapat  pahatan  berbentuk  buah   bitung. Dengan  dipapah   oleh  para    pengawal  dia  naik   ke  perahu. Belum   juga   duduk   dia  melakukan satu   kali lagi  tanda  salib.
                Sangat kental   nilai-nilai  Khatolik  pada   dirinya. Maklumlah, Bataha  sudah di baptis  sebagai  khatolik  dengan  nama  Don SintJugov jogolov  Santiago waktu  kecil di Istana Tatahikang. Bataha,     dibesarkan dalam  kalangan  keluarga   Khatolik di istana kerajaan  yang  dibangun  kakeknya  Liuntolosang, bersama  ayahnya di  Kauhis.
                Terdengar   komando,…..siap   berangkat dari   Kapiten  Laut. Tak  ada  angin,  tak  ada  ombak,memuluskan   perjalanan  pulang  ke  Manganitu.  Dari   Manila   mereka  melewati   Ilo-ilo,jolo,cotabato, general  santos, menyusur   pulau-pulau  di  Philliphina   sampai  ke  ujung pulau  Mindanao   selatan,pulau  Balut dan  seterusnya. Mulai  Nampak   Marore,  sementara   Miangas terlihat sangat  kecil. Pelayaran  mereka  semakin  dekat  dan  sudah   kelihatan samar-samar pulau  sangihe.Semakin  dekat makin  jelas pulau Nipa dan  sekitarnya, pulau  Beng  darat.  Saat  ini  haluan   mengarah  ke selatan melewati pulau  Batunderang,pulau  Bebalang,pulau  Mahumu,tanjung  Sahong,tanjung Lelapide,tanjung Bulude,akhirnya   sampailah   mereka di wilayah   kerajaan  Manganitu dibawah  kekuasaan ayahnya  Tompoliu. Sesudah  melewati  pelabuhan kerajaan yang  terletak  di semulawak, perahu  diarahkan keantara   dua   pulau  kecil di  depan  Tatahikang.
                Disana  sudah  bersiaga   prajurit  kerajaan,  para  dayang,  terutama   isteri  dan   adik-adiknya,  tampak Diamanti   dan  Sapela yang   melambaikan   tangan. Sang  ayah  berdiri di  atas   tanjung  mengapit   pedang barļa. Tompoliu,  kelihatan  sudah   semakin   tua. Tergambar   kegembiraan di rautnya karnatelah  datang   sang penerus  kerajaan.
                Perjalanan  yang  ditempuh berhari - hari  lamanya. Hari  ketika  Bataha  tiba tepat   dihari   Minggu.  Tanpa  lelah,  diperintahkanya para   pekerja  perahu   untuk   mengantarnya  ke  Gereja. Letak   Gereja   dari Istana   sekitar   5 km. Sesampai   ditanjung Liang,  Gereja yang   dulunya   megah, sekarang mulai   rusak.  Sejak  tahun 1619,  para   pemeluk  Khatolik adalah  musuh  bagi  VOC , terutama   warga   Spanyol dan Portugis. Penduduk  dipaksa  untuk   menganut  agama  Kristen Protestan. Semua  yang  berhubungan  dengan kegiatan keagaman Khatolik  dimusnahkan.

BekaspondasigerejaKhatolik,  tempatBatahasantiagoberibadah yang  berkedudukan  di diTiwoperbatasanKampungKauhisdanKampungKaratung II    .

UPACARA MELAHUNDUITANG

Hari   masih  pagi buta, beberapa orang  Minihu (tukangpalakat) telah  beranjak dari  tempatnya   ke semua  desa di  pusat   kerajaan  Manganitu, mulai  dari Barangka  sampai  ke Kauhis. Mereka  mengumumkan penyampaian  dari  Datuk  Tompoliu bahwa  akan ada   pengangkatan   raja  baru   untuk  menggantikan  kedudukannya.
Beberapa hari kemudian bataha dipanggil oleh  ayahnya.  Malam  hari diruangan utama berkumpullah kerabat   Istana. Terlihat  beberapa  allangga,elang kerajaan  mempersiapkam  ruangan   membersihkan   lantai  yang  akan  diduduki. Beberapa   tikar  dari   bahan  pandan terbentang dilantai. Sekejap,  satu-satu   padamara   mulai  di pasang. Saat  sebelum  kegiatan   dimulai  terdengar   musik mengalun  yang  di kumandangkan oleh  sekelompok pemain musik Oli’ di  teras   depan  istana. Sebuah   Tagonggong   kerajaan  ditabuh  berkali-kali,  sesudah  itu  suasana menjadi hening.

Padamara di Istana kerajaan  Manganitu.
Duduklah  Tompoliu dan  berkata ;  Aku  sudah  sangat  tua, saatnya kedudukan raja diganti oleh  orang yang  lebih muda. Dilihatnya   Bataha, dan  menoleh  keisterinya  Lawewe, tampak juga di  samping  kanan, saudara  kandung   Tompoliu   bernama Lantemona.  Ada   percakapan  kecil  dengan  Lantemona. Sang   Boki  kelihatan  biasa-biasa   saja,  sambil mengunyah    sirih.                         
Tompoliu  kembali  bercerita, diantaranya  tentang silsilah Tolosang. Kakek kalian   Liuntolosang mati  dan   dipancung kepalanya   di Tahuna karena   mempertahankan  batas  kerajaan  yang dirampas Kerajaan  Tahuna. Kinipasukan  VOC mengambil hak  kita.
Banyak  hal  telah mebebani   kerajan  Sejak orang   tua  saya  berkuasa. Untuk  itu  saya   menetapkan seorang pengganti,  yaitu  Bataha. Disamping sebagai  seorang  terpelajar,  dia  juga  memikul   tanggung jawab  “ I akang ganting ghagurang “. Semua  sepakat.  Lantemona  menyerahkan  sebuah   Baļa(pedang raja) dan  bengko (tombak) pusaka yang  digunakan  membunuh PulungtumbagedalamperangTahuna  -  Manganitu. Ayahnya Tompoliu  menyerahkan  satu   gulungan  rokokpeninggalandariLumanu (kulanoManganitu).
Setelah   mengadakan  persiapan,tibalah  hari  penobatan  Raja  baru.  Penobatan   raja  baru  diadakan    melalui   upacara   Melahunduitang atau   penobatan pengeran   diatas   pangeran. Bataha  duduk   bersila,  kedudukanya berada  di posisi   terdepan  menghadap   Raja Tompoliu. Iring –iringan  musik  Oli’  berbunyi  disertai  suara  seorang perempuan  tua   yang  mĕdenden (berpantun).
Suara  tagonggong berbunyi   dilanjutkan  dengan pengucapan  sasalamate sebagai  pesan  dan  nasehat kepada   raja   baru. Tidak   tampak  nuansa keagamaan khatolik di  dalam  acara. Karena  sejak  Spanyol dan  Portugis tidak  lagi  berkuasa  atas  sangihe,  misi   khatolik   telah  ditinggalkan  selama  kurang  lebih 100  tahun,  sampai  kemudian  datang   Misi  Zending. Yang   tampak   hanyalah,  ampuang, tatanging dan bihing yang  sibuk  membakar   kemenyan. Mereka  datang  sebagai tamu.
Beberapa hari setelah  pengangkatan Bataha  menjadi   Raja,  meninggallah  sang  ayah “Tompoliu” .  Kabut  duka   menyelimuti  rumah   raja  Tompoliu di Tatahikang. Jenasah  sang  raja   dimakamkan  dibelakang  Istana raja. Penghargaan  terakhir, dibuatlah  sebuah  makam  indah,yang dibuat  dari  susunan   batu-batu   dengan   konstruksi  berbentuk  lonjong setinggi limapuluh   sentimeter. Sebelum  meninggallnya   sang ayah, Santiago   memperisteri   Maiang sebagai isteri ke dua  dan  memperanakan   seorang  putera   bernama  Sinadia.

Makam : Raja  Tompoliu di Tatahikang
( darisumber  lain  mengatakanbahwamakamTompoliuberadadekatmakam  Salmon GrahunKatiandagho



TUMBAL  PERSELISIHAN  SPANYOL  DAN  VOC
                Bataha menjadi  raja  atas   Manganitu, pada  tahun 1670. Hal   pertama  yang  dilakukan  adalah   memindahkan   pusat   kerajaan  ke Bowongtiwo Kauhis. Kedudukan Bowongtiwo berada di atas  tanjung  liang yang dulunya adalah pusat  kerajaan pertama yang disebut Kerajaan Kauhis. Jarak   dari  Tatahikang  ke  Bowongtiwo diperkirakan  3  km. Pemindahan   pusat   kerajaan  disebabkan   dua  alasan  yaitu ; Mengenang  masa  kecil dan konsep strategi   pertahanan  perang. Bataha dibesarkan   oleh kakeknya  Liuntolosang  yang   juga  adalah  Raja  pertama  kerajaan  Manganitu.           
Tahun   pertama  pemerintahan   Bataha dikerajaan  Manganitu,  mulai  disusun  strategi pertahanan kerajaan  terhadap  serangan  musuh. Istana  kerajaan  di  Bowongtiwo  adalah   tempat   yang  paling  baik untuk   memantau  kedatangan   musuh  dari  dua  sisi. Bataha dapat memandang langsung dari depan  istana. Dari   Bowongtiwo  dapat   dipantau   perahu-perahu  yang   masuk   dari selatan di depan  Tanjung  Bulude dan  dari   utara  di depan  Maselihe.
Masa disaat   pemerintahan   Bataha, merupakan  masa  yan  berat   bagi   Kerajaan-kerajaan  utara  dan  Kesultanan – kesultanan di  Kepulauan  Maluku, termasuk  Kesultanan di  kepulauan  Philliphina. Daerah  ini  merupakanjalurpelayaranke utara Nusantara Van  Neck dan Cornelius  de  HoutmanmenemukanjalurbarumenujukeP.Jawa.  Kondisi  pelayaran  ini  dipenuhi  dengan   keinginan  monopoli  dagang  antara   Kerajaan Portugis, Kerajaan Spanyol  dan  Kerajaan Belanda. Pulau  Sangihe   merupakan  pelintasan  utama armada   laut  Spanyol  dari Philliphina   ke  Kepulauan  Maluku.

Jalurpelayaran   di masa VOC, Philiphina, Kepl.SangihedanKepl.  Maluku
30 Maret  1667 diadakan   perjanjian    antara  sultan  Ternate,sultan  Tidore yang menyerahkan wilayah  kekuasaannya  sebagai bagian  dari VOC. Ketika   itu sultanat   ternate dan  sultanat tidore  telah  mengklaim kekuasaan atas Jazirah   Minahasa  dan  kepulauan  Sangihe. 15 Mei 1671, Tuan-tuan XVII atau de heren zeventjen sebagai pelindung  VOC  di  kerajaan  Belanda menetapkan  Siau   sebagai   bagian   dari  kekuasan VOC. Sejak   saat   itu   daerah-daerah yang  berpotensi rempah-rempah  dikepulauan   Sangihe mulai  dikuasai  VOC. Keberanian  VOC   merampas daerah   yang   sebelumnya  dikuasai  Spanyol  karena  didukung  oleh kesultanan  Tidore sebagai   kakitangan  VOC. Keinginan bangsa  barat   memonopoli perdagangan di utara   Nusantara menjadikan  beberapa  kerajaan  sebagai  taruhan kemenangan. Kepulauan  sangihe  mempunyai  kedudukan yang  sama  dengan   kepulauan Maluku.  Keadaan  alam  sangihe  dipenuhi   dengan  tanaman   Pala,kelapa,  disamping  itu  ada  juga  tanaman  cengkeh.
Semenjak  Tompoliu   memerintah  dikerajaan Manganitu,  sudah  terjalin  persahabatan  yang  erat   antara   Spanyol  dan  Kerajaan   Manganitu. Untuk  menjaga kerajaan  Manganitu   dari  kemungkinan   serangan  VOC, spanyol   telah   menghadiahkan   dua  buah   meriam  besar. Persahabatan    inilah   yang   memicu keinginan VOC   untuk menaklukan Manganitu. Dalam   masa   pemerintahan  Raja   Bataha,  kerajaan  Manganitu  mencoba   mengambil  hati   raja-raja   lain  di pulau   Sangihe  menyatukan   tujuan untuk   berperang   melawan  VOC. Dikirimlah   beberapa  utusan dengan maksud mengadakan   kesepakatan menjelang masuk   dan  berkuasanya VOC di  kepulauan  Sangihe. Bataha  tahu  persis misi bangsa  barat datang   ke Timur  semenjak   belajar   di  Manilla. Setibanya di  Manganitu dia  baru  sadar  bahwa   neg’rinya  sedang  dijajah.
SIAP UNTUK BERPERANG
                Suatu hari  diawal tahun 1675 dalam  istana kerajaan   Manganitu,telah  berkumpul    pejabat-pejabat  kerajaan. Bataha duduk  di tempat  duduk yang agak   rendah sehingga  kakinya  dapat  di lipat. Disekitar  bataha   sudah duduk  bersila  dilantai,  para   Bobato kerajaan  Manganitu dan kapiten lautdanpejabatistanalainnya. Hadir juga adik-adik dari  Bataha yaitu Diamanti, Sapela, Apueng, Gaghinggihe.Dibagian  belakang  terdapat  hokolimampulo (Bangsawan) dan Bahaning beo’e (parapemberani). Bataha  menyampaikan keadaan Nusantara, dengan penuh  keyakinan   dia   mengatakan bahwa kita sedang  di permainkan.  Kita  bukan  sahabatnya  Spanyol, kedatangan   mereka hanya   ingin  mengambil apa  yang   kita  tanam. Adapun VOC adalah warga  yang  datang  dari   daerah  yang sama dengan Spanyol. Pasti  keinginannya  sama seperti  yang  telah  dilakukan  di Maluku. Kita  jangan  sama seperti Mandarsyah……….
                Sesaat   kemudian Bataha  memerintahkan seorang  prajurit dipintu masuk untuk mengambil  krikil dipantai. Sang  prajurit dengan  seorang  Allangga turun  kepantai  mengambil  krikil  secukupnya.Bataha   mulai  menunjukan  melalui  batu-batu  kecil,  meletakan  pada   posisinya di  lantai yang  terbuat   dari  papan. Apa  yang ditunjukannya adalah  posisi  Spanyol  di  Manila   dan  jalur  pelayaran ke  Maluku. Bataha  juga   menunjukan  kemungkinan   masuknya  Belanda dari arah Tamako. Hari   mulai  gelap datang seorang  kerabat   raja  menjamu orang-orang didalam istana. Percakapan  dihentikan  sejenak karena   telah   ada  Sagu  bakar diatas piring   porselin yang  siap  dimakan dan beberapa  ekor   ikan  laut. Bataha  lalu  menjelaskan bermacam  strategi yang  diperlukan   dalam  rangka  menghadapi VOC jika  menyerang Kerajaan  Manganitu   seperti  yang  telah dilakukan  di Kerajaan Siau. Banyak  hal  yang  sudah  dibicarakan  termasuk  kesiapan  Perahu-perahu  perang  dan  alat – alat  perang.  Kedudukan  para  bahaning beo’e dilokasi  masing-masing. Pertemuan  hari   itu   berakhir menjelang  subuh.
                Yang   mendorong   Bataha  untuk   bersiap  perang   adalah  “Palakat Panjang” atau Lange Contract  yang   dikeluarkan  VOC,  sangat  merugikan   pihak  kerajaan. Isi   Plakat   panjang  antara  lain. Musnahkan  tanaman   cengkeh,tidak   boleh  ada  penganut  agama  Khatolik dan  semua  benda  yang  digunakan  di gereja  khatolik sebagai  bentuk  kekafiran. Semua   wajib   menganut  agama Kristen Protestan. Beberapa  benda  yang  ada  di  gereja  khatolik  kauhis ditanam   didekat  salah  satu  muara sungai  di perkampungan  kauhis. Sebelum  kemudian  gereja  tersebut  dihancurkan  oleh VOC.
                Sebagai   seorang  raja   yang  terpelajar,  bataha   menganggap  perjanjian  itu   merugikan  kerajaan  dan  rakyatnya.  Bataha  yang  juga  seorang  khatolik   merasa  tersinggung  dan  terhina atas  perintah  untuk   menghancurkan  benda –benda  yang  berhubungan  dengan  gereja.
Setelah  mendengar  berita  tersebut dia  lalu  meremas  Rosario  ditangannya,  kelihatan  mulutnya   komat-kamit. Mungkin  mengucapkan  doa. Sejak mendengar  berita tersebut  semakin  gencar  dia  menggalakan  persiapan  perang.
PEPERANGAN DIMULAI
                Waktu perang datang  juga. Sultan  sibori  anak sultan Mandarsyah  dari   Maluku diperalat  oleh  VOC  datang  ke Manganitu  untuk mempertegas  perjanjian  yang  telah  dibuat  sepihak. Bataha harus dihukum. Tapi  hasilnya, Bataha tidak  mau  menandatangani   surat  perjanjian  tersebut. Sultan  sibori kembali  ke  Maluku  untuk menyampaikan  hal  tersebut  kepada  pihak VOC. Sambil  menunggu jawaban  dari  pihak  VOC,  Bataha  mengadakan  pertemuan  dengan  para   pejabat  kerajaan dan  semua  pihak   yang  terlibat  dan  melibatkan  diri  dalam  peperangan.  Dalam  pertemuan  itu  dengan  tegas  Bataha  berkata : “ I kite mendiahi wuntuang ‘u seke,nusa kumbahang katumpaeng”  yang artinya, kita  harus menyiapkan  pasukan  perang, negeri  kita  jangan  dimasuki  musuh.
                VOC membuat  siasat  baru yaitu mempersunting Sibori atas putri  raja  Tabukan bernama Maimuna. Pernikahan  tersebut dilakukan  untuk  mempermudah   masuknya  pasukan  VOC  dan  sekutunya   Sultan  Sibori   untuk  tinggal  lama  di pulau  Sangihe.  Sejak  saat  itu  di mulailah  peperangan  antara  VOC dan sekutunya  Sultan Sibori melawan pasukan  Kerajaan  Manganitu.
Armada  VOC dikirim dari  Maluku sampai  ke  pusat  kerajaan Tabukan  di  Soa Tebe. Dari  Tabukan  mereka menyusur  pantai sampai  ke Tanjung  Maselihe. Memasuki  laut didekat  tanjung  Lesa para  pengintai yang   bersembunyi di Lembabua sudah  meberikan  pesan  kepada  pasukan dikerajaan   Manganitu secara  berantai. Bataha memantau   dari depan  Istana di atas  tanjung  liang.  Dengan cekatan,  Bataha   dan  para   prajurit langsung  turun ke Semulawak karena  perahu  perang  ada  dipantai  tersebut. Bataha  memimpin  langsung  peperangan  dilaut sebagai   panglima  laut.

PantaiSahese  diKampungKauhissebagaitempatpertempuranterakhir
pasukanBataha  Santiago  dengan  VOC
                Strategi   perang  yang digunakan adalah :  Bataha menggempur  pasukan  laut  musuh mulai  dari   pantai  Bahoi,dia   sendiri   yg  menjadipanglima  laut. Sedangkan Diamanti  berada   dipantai   dengan   pasukan  darat. Jika  mungkin  pasukan  laut  dan  pasukan  di pantai melemah, maka Sapela  sudah  siap  dengan  pasukan  gunung. Kalau  sampai  terdesak  mereka  akan  berlindung di atas  bukit yang  jauh  dari   pantai  seperti  didaerah bentihe,peka dan  berakhir  di Longso (dekatbatumbakara).  Disana  terdapat  benteng  kecil  yang  tersusun  dari  batu-batu besar.  Benteng  tersebut  bernama  Batumbakara.





ARMADA   PERANG  LAUT  BATAHA SANTIAGO


Perahukontenggenerasipertamadengankapasitasmuat  30  sampai 40   orang
sebagaipenggempurdilautlepas. 
Perahuini  di rancangsebagaiperahudinas   raja  dalamkunjungankedaerahkekuasaan,
padasaatterjadiperangdengan   VOC  digunakansebagai   armada   perang.






Perahukora-korasangiheygdisebutdorohe.
Berkapasitasmuat  40sampai   60   orang, sebagaiperahupenggempurbarisankedua.
Di rancangkhususuntukmajumundurtanpamemindahkanhaluan
Padaawalnyaperahuinidigunakansebagaiperahutempur,
dikemudianharidigunakansebagaitransportasilautantarpulau-pulau   yang  berjauhan.

PerahuBininta,  oleh  orang  BelandadisebutTumbilung.
Perahuiniadalahperahu   Raja jugasebagaiperahuuntukmenangkapikan.  Di  saatperang, perahuinidigunakanolehpanglimaperangdanpengawalpribadi
(Ukurandankapasitasbelumada   data  pasti)


Meriam  Portugis   yang  digunakan  Kerajaan  Manganitu  melawan  VOC
( Terletak  di  depan  kantor  camat  Manganitu )

Berhari-hari  bahkanberbulan-bulanlamanya mereka  melakukan  pertempuran,  akan  tetapi  pasukan  Bataha  tidak  dapat  dikalahkan. Banyak  korban  jatuh  dari kedua pihak.  Melihat   keadaan  tersebut,  oleh  VOC perang dihentikan. VOC  mencari  siasat   baru untuk  mengalahkan  Bataha. Dicarinyalah teman dekat  Bataha untuk membujuk  Santiago  agar   menyerah. Ditemukanlahdua  sahabat   Bataha. Mereka  adalah  Sasebohe dan  Bawohanggima, masing-masing dari  Tabukan  dan  dari Pensu’.
HARI – HARI  MENJELANG  KEMATIAN
Diketahui bahwa  Santiago  berada  di  bekas istana  Tatahikang, Mereka  mencari  bataha   untuk  berunding. Kedatangan  mereka  diketahui  oleh  Bataha. Bataha dan  prajuritnya  langsung berlari menyusur  pantai sampai  ke  pantai  kauhis. Dipantai kauhis bertemulah dua  pihak  tersebut.  Sasebohe dan  bowohanggima  berusaha  membujuk Bataha  agar   menyetujui  perjanjian. Bataha  tetap  saja  menolak,  lalu   terjadilah   pertempuran  antara  kedua   pasukan.
Agar  supaya tidak  jatuh  korban yang lebih banyak, Bataha   langsung   menghindar  dari  tempat  itu. Dengan   langkah   cepat  dia  beranjak   dari   pantai  lalu   menuju  Istana yang jaraknya  tidak  jauh. Setibanya   diistana,  terlihat  keluarga   dan  kerabat  dekat  sedang   berkumpul. Rupanya  mereka  sedang mebicarakan keadaan  bataha. Sinadia sang  anak dipeluknya,lalu  mendekatlah  sang  ibu.  Ibunya  menyampaikan   beberapa  kata  yang   mendorong semangat  juang  bataha. Jadikanlah dirimu  sekuat  namamu  “Bataha”batahaberartisakti. Dengan  beberapa  puluh   orang  pengawal  dan  prajurit,  mereka  melanjutkan perjalanan ke arah  bukit. Sebentar  saja  mereka  sudah  tiba  di bowoluhu, lalu ke peka  diatas  bahoi dan  kemudian  berakhir  di  Batumbakara.
Bataha  masuk   kedalam, naik  keatas  batu sambil  menatap  indahnya pantai  sangihe. Nampak   dua  pulau  kecil  di depan   Tatahikang yang  disebut  “pinebentengang”.  Kearah  lain dia  menatap Sahendaļumang, gunung  para  leluhur. Belum lama  mereka  berada di  Batumbakara,  muncullah dua  sahabatnya yang  nanti  berkianat, Bawohanggimalangsung   masuk.  Sebagai  sahabat,  batahapun  mempersilahkan  masuk. Sebelumnya bataha  sudah  mendengar  kabar, jika  bataha  tidak  mau  menyetujui perjanjian  taruhannyaadalah rakyat,keluarga  dan  kerabat  yang  ada   dikerajaan  Manganitu  akan  dihukum.


Batumbakara,  sebuahbiliksempitdalambatu,  terletak di perbukitanKampungKaratung II, 
sebagaitempatpersembunyianterakhirsebelumBatahasantiago  di  tangkap

Tanpa  banyak  tanya,  bataha  langsung  turun  sampai  ke pantai  paghulu. Disaksikan  oleh beberapa  keluarganya,  dia naik  keperahu VOC menuju  ke  Tahuna bersama-sama dengan perahu  yang di tumpangi  Sultan Sibori. Tak  satupun  keluarga  yang berani  menyapa. Sebelum perahu didayung,  bataha  sempat  meneriakan “Nusa Kumbahang Katumpaeng”, seperti  yang  sering  diucapkan  selama peperangan. Perahu berlabuh  di  pantai   Bungalawang - Tahuna.  Dia  langsung  dibawa ke kantor VOC di  dekat tanjung tahuna.
Didalam  kantor  sudah menunggu perwakilan   dari Gubernur Padtbrugge (kedudukanmarkas  VOC tepat di kantorkodimsekarang). Diatas   meja  sudah  disiapkan  surat   kontrak  untuk  perjanjian berupa  “lange contract”.  Dengan  perantara  Sultan  Sibori disampaikan  pesan Gubernur.  Bataha  tetap  pada   pendirian, tidak  mau  menandatangani surat perjanjian. Dengan  alasan  itu,  maka  bataha  dijatuhi  hukuman  mati. Satu  regu  tembak  dipersiapkan. Tembakan  sudah  dilakukan. Semua  pengikut bataha  menundukkan wajah, kecuali Diamanti. Apa  yang  terjadi,  bataha masih  tetap  berdiri. Karena  kesaktiannya, tubuh  bataha   tidak  dapat  di  tembus    peluru. Tim  eksekutor  merubah  cara eksekusi, bataha  diantar  ke  tanjung  Tahunadandigantungditianggantungan.  Ditempat  inilah   bataha digantung   pada  seutas  tali. Pada  saat   itu  bataha  menghembuskan  nafas. Menjelang  senja,  mayat  bataha  diturunkan  dari  tiang  gantungan. Sultan  sibori  yang  tidak  yakin  akan  kematian  bataha, memerintahkan  untuk  memenggal  kepala  bataha  dari  badannya. Hal  ini sering dilakukan sebelumnya  kalau  membunuh  orang-orang yang memiliki  kesaktian,  dengan maksud untuk  memastikan  bahwa  orang  yang dibunuh, benar-benar  sudah  mati.
Menjelang subuh,  sapellahadik Santiago, seorang diridatang  mengambil  mayat  bataha. Karena tubuh bataha  sangat  besar maka sapelah  tidak  mampu  mengankat seluruhnya. Diputuskannyalah utuk membawa kepala  bataha ke istana di Bowongtiwo. Ketika  berada  di paghulu, hari mulai  terang. Agar   tidak  diketahui   oleh  pihak  VOC dan  kakitangannya,maka  sapela membelokan  haluan  perahunya ke salah  satu  pantai  dan  menguburkan  kepala  bataha di antara akar  pepohonan  besar. Nama tempat  tersebut  kemudian  dikenal  dengan  nama  “Nento”.
Bertahun-tahun kubur  kepala  bataha selalu  dirahasiakan keberadaannya. Hanya  orang-orang dekat  kerajaan yang tahu dimana  kubur  kepala  bataha. Sampai  suatu  hari  tersibaklah  rahasia itu  dari  mulut  bapak Lepinus  Musasangpenjagamakam. Diakhir  tahun 1950 letak  pasti kubur yang sebelumnya simpang siur akhirnya  ditemukan.   Sejak  saat  itu  lengkaplah  kenangan  tentang  Bataha  Santiago. Sedangkan  kubur  badan  bataha tidak  pernah  ditemukan.Inisiatifpencariankuburkepala Santiago dilakukanolehChristoporusManeking, bapakTiwacamatmanganitu (keturunan Santiago  dariisteripertama)  danbeberapa  orang  keturunan  Santiago lainnya.


SILSILAH   RAJA - RAJA DIKERAJAAN  MANGANITU
Kerajaan Manganitu adalah bekas Kejoguguan Kauhis yang diperintah oleh Jogugu Naleng, yang berada dibawah kekuasaan kerajaan Tabukan.

Jogugu Naleng adalah putra dari Ratu Lohoraung yang memerintah kerajaan Taghulandang.
Diangkat menjadi Jogugu Kauhis karena memperistri Kaengpatola anak dari Kulano Makalupa
di Salurang – Tabukan.
Kulano Makalupa beristri Kinding Sangiang anak dari kulano Menentonau.
Dari perkawinan Naleng dan Kaengpatola melahirkan anak : Liungtolosang dan
Mawirangpakele.
Pada saat Tolosang akan diangkat menjadi jogugu Kauhis,  Raja Tabukan Wuatengsemba  mengubah kejoguguan Kauhis menjadi Kerajaan. Tolosang kemudian menjadi Raja pertama dengan nama kerajaan Manganitu.

1.            Tolosang  (Liungtolosang)                                                                                                             1600-1645
                Raja pertama  kerajaan Manganitu yang berpusat di Bowongtiwo.
               
               
2.            Tompoliu  (putra raja Tolosang)                                                                                                 1645-1670
                Memindahkan pusta kerajaan di Tatahikang
                Meninggal tahun 1670 dan dimakamkan di Tiala

3.            Bataha / nama sasahara   (Putra raja Tompoliu)                                                                  1670-1675
                Nama Baptis Don Sint Jugov Santiago
                Lahir Tahun 1622
                Memindahkan pusat kerajaan dari Tatahikang kembali ke Bowongtiwo.

4.            Charles  Diamanti ( Adik dari Bataha Santiago)                                                                     1675-1694
                Memindahkan pusat kerajaan dari Bowongtiwo ke Paghulu                                        
                Raja ini menandatangani kontrak dengan  Belanda 10 Desember 1677
Pada saat inilah Kerajaan Manganitu berada dibawah pengaruh Belanda.


5.            Marthin Joutulong Takaengetang                                                                                             1694-1725
                Putra dari Raja Tabukan bernama Don Fransiskus Makaampo Yuda I       
                Pada saat ini pusat kerajaan dipindahkan lagi dari Paghulu ke Tatahikang.
                Pada masa ini Kerajaan Manganitu mendapat wilayah baru di bagian Manganitu Selatan.
                dengan batas dari Batumpuikang sampai ke Bitungmahangu.
                Raja Takaengetang memerintahkan rakyat menggali terusan  didaerah Batunang  dan
menjadi awal kelahiran pulau Batunderang.




6.            Marthin Don Lazaru                                                                                                                        1725-1750
                Pada masa ini pusat kerajaan dipindahkan dari Tatahikang ke Paghulu.
                Pada saat yang sama, Paghulu diubah menjadi Karatung.
                Tahun 1750 Raja Lazaru terlibat pemancungan kepala orang dan ditangkap oleh Belanda lalu
dibuang ke Kaap de Goede Hoop kemudian dipindahkan ke Madagaskar bersama 45 keluarga.Pada  masa tua Lazaru dipindahkan ke Jawa sampai wafat dan dikuburkan dikompleks makam
raja di Cirebon.
7.            Salmon Grahun Darunaling Katiandagho                                                                                1750-1770
                Pada  masa ini pusat kerajaan dipindahkan dari Paghulu ke Manganitu,Raja inilah  yang
memprakarsai penimbunan rawa-rawa dengan batu karang.

8.            Marthin Lombangsuwu Katiandagho                                                                                       1770-1785
                Putra dari Raja S.G.D. Katiandagho.
                Meninggal di pulau Balut karena mebantu saudaranya yang sedang berperang.

9.            Daniel Katiandagho Darunualing II                                                                                            1785-1792
                Dimakamkan diTabukan.

10.          Bagunda Katiandagho                                                                                                                    1785-1792
                Adik dari raja Daniel Katiandagho

11.          Dirk Mokodompis Lokombanua  III                                                                                           1817-1848
                Putra dari Jogugu Darongke

12.          Jacob  Bastian Tamarol – Tampungan                                                                                      1646-1855

13           Hendrik Corneles Jacob Tamarol – Nonde                                                                             1855-1860
                Makamnya ada dibawah Mimbar Gereja Petra Manganitu.

14.          Jacob Laurens Tamarol – Kasehang                                                                                          1860-1864
                Dimakamkan di Lapepahe – Manganitu selatan

15.          Manuel Mokodompis Hariraya – Tanawata                                                                          1864-1880
                Setelah Raja ini wafat maka kerajaan Managanitu diperintah oleh :
                5 orang presidensi pengganti Raja :
                                1. S. Tingkue – Pontolaeng                                                                                           1880-1881
                                2. J. Makahekung – Manginteno                                                                                               1881-1882
                                3. D. Katiandagho – Kirahang                                                                                      1882-1883
                                4. Salmon Katiandagho Wintuaheng                                                                        1883-1886
                                5. Lambert Pontoh                                                                                                          1886-1892

Setelah melalui pemerintahan presidensi pengganti raja maka diadakan lagi pengangkatan raja.

1. J. E. Mokodompis Tampilang                                                                                                                  1892-1905

2. Wellem Manuel Pandensolang Mokodompis                                                                                 1905-1944
Pada tahun 1912 Wilayah kejoguguan Tamako dari kerajaan Siau diserahkan kepada Kerajaan Manganitu. Oleh Raja Wellem M.P. Mokodompis, tahun 1916 pusat kerajaan Manganitu dipindahkan ke Tamako. Nama kerajaan berubah menjadi Kerajaan Manganitu Tamako.
Willem M.P. Mokodompis menjabat raja Tahuna  pada tahun 1928-1930  karena raja Christian Ponto dibuang Belanda ke Luwuk – Sulawesi Tengah.
Tahun 1944 raja  Willem M. P. Mokodompis ditangkap oleh tentara Jepang bernama Yamamoto dengan alasan Raja Willem M.P. Mokodompis adalah mata-mata Belanda.
19 Januari 1945 dipancung kepalanya oleh tentara Jepang. di tanjung Tahuna.
3. Alexander Abrosius  Darondo  (Ambong)                                                                                         1945-1949
                Diangkat menjadi raja Manganitu setelah pensiun dari Jogugu Manganitu.

Sesudah Raja Darondo tidak ada lagi pengangkatan Raja.
               
Nama – nama Jogugu :
                                Tahun 1922 -1945 terdapat  beberapa orang Jogugu yaitu
                                                Jogugu  Makahekung (ayah dari wawu mawira),
Jogugu Dalawir dan
Jogugu A.A. Darondo
Pada saat Makahekung memerintah sebagai Jogugu di Manganitu, Bapak Dalawir
Bertugas sebagai  Kapiten Laut Kampung Mala.
Bapak Dalawir Tercatat sebagai Jogugu Terakhir kecamatan Manganitu, Sampai ada
Pemerintahan dalam bentuk Kecamatan dengan Camat Pertama Bapak Tiwa.




BATAHA  SANTIAGO    DALAM  SILSILAH   MOKODOLUDUGH

Mokodoludugh memperisteri Ambunia, memperanakan :
-              Daloda
-              Langiran
-              Dadoti
-              Mokalu

Daloda memperistri Donagbala, memperanakan :
-              Binangkang
-              Mokodompis

Binangkang mempersisteri Pisiwulaeng, memperanakan :
-              Lokombanua
-              Bukalakombang
-              Bohokiki
-              Bulango

Bulango memperisteri Utabulaeng, memperanakan
-              Mokoalo
-              Matindas
-              Kalengkongan
-              Kumonang
-              Lentengmanguntung
-              Lohoraung

Lohoraung bersuamikan Pahawontoka  II,memperanakan :
-              Naleng
-              Sundaite
-              Lahegasawang
-              Akatih
-              Bowongpangsihe
-              Moletatarang
-              Mataputung
Naleng memperisteri Kaengpatola, memperanakan :
-              Tolosang ( Raja Manganitu pertama )
-              Mawirangpakele
Tolosang dan permasuri Ahungsehiwu memperanakan :
1.            Tompoliu
2.            Lembungsensale
Tompoliu dan permasuri Lawewe memperanakan :
1.            Bataha Santiago
2.            Charles (carlos) Diamanti
3.            Sapelah
4.            Apueng
5.            Gaghinggihe




SANTIAGO  DENGAN  PERMASURI  Pertama LEKUMBUWE

LEKUMBUWE (putri dari Tahuna anak dari Manopo, cucu Tatehewoba)
Dikaruniakan seorang anak bernama Dalepe

     1. Dalepe memperistri Sutelawo  memperanakan  :
                    - Takasumiang
                    - Tundungdatu
                    - Lumiukonda
 2. Takasumiang mempersitri Naimang memperanakan
                                 - Belilawo
3. Belilawo memperistri Linoge memperanakan :
- Lekungbulaeng
- Maimuna
4. Lekungbulaeng memperistri Pilate memperanakan
- Bewengsangiang
- Sogeha
- Beatris
- Nangingsangiang
                                                5. Beatris dengan Hongi memperanakan
- Mika
- Mandi
- Ndaghu
- Manuel Mokodompis Hariraya Tanawata
- Weli
6. Manuel M.H. Tanawata memperistri….
    memperanakan ;
7.  Wellem Manuel Pandensolang
      Mokodompis
SANTIAGO  DENGAN  PERMASURI  Kedua  MA’IANG

MAIANG  dikaruniakan seorang anak bernama Sinadia.

1. Sinadia mempersitri Tuka dan memperankan
     - Lahekabe

2. Lahekabe memperistri Mening dan meperanakan
         -Dolotimbang

3. Dolotimbang  memperistri Sapetu memperanakan
- Medelu
- Ganto
- Lahade
- Papunglawo
- Sompookang

                                                4. Medelu memperistri Tatungguang memperanakan
                                                                - Duminngu
                                                                - Tambun
                                                                - Mandake
                                                                - Horohiung
                                                                - Malodaeng
                                                                - Ketenguweli
                                                                - Wulaengpaku
                                                                - Masing
                                                                - Uri


Data silsilah diatas diinfentarisasi  dari  berbagai sumber oleh Alffian Walukow berdasarkan  petunjuk yang  ada di Buku dengan judul  SANTIAGO  MELAWAN  VOC   oleh  Drs. A. Horohiung dan silsilah di  Istana  raja Kerajaan  Manganitu