BATAHA SANTIAGO
Oleh : Alffian Walukow
DARI UNIVERSITAS SANTO THOMAS MANILA
Tahun 1571 Spanyol menaklukan Philliphina, sampai kemudian Bataha mulai mengikuti pendidikan di Universitas Santo Tomas Manilla
( Intramuros ), letaknya di pulau Luzon.
Ketika itu, Spanyol sudah memperluas kekuasaannya
ke seluruh kepulauan Philliphina termasuk sebagian
wilayah di utara Indonesia. Bataha
mulai kuliah di
Universitas St. Tomas pada tahun
1666 dalam usia
empat puluh empat tahun.
Bataha
menyelesaikan pendidikan tahun 1670. Selama masa
pendidikan, Bataha sempat pulang
dan mempersunting putri
bangsawan Tahuna bernama Lekumbuwe. Dari perkawinan
tersebut memperoleh anak
bernama Dalepe.
Hari masih
pagi, Bataha sudah bangun dari tempat tidur. Nampaknya sedang
berkemas. Hari itu juga dia
harus meninggalkan Manilla dan
pulang ke Manganitu,karena masa
belajarnya sudah selesai. Empat
tahun bukanlah waktu yang
pendek. Ditempat ini,
tepatnya di Universitas
Santo Thomas, banyak hal
sudah ia pelajari.
Letak Universitas St. Tomas tidak
jauh dari Fort
Santiago . Sampai menjelang keberangkatan, Bataha
tidak lagi bertemu
dengan temannya dari Siau, Franciscus Xaverius Batahi.
Sebagai seorang
Khatolik, bataha tidak melupakan
perlengkapan yang berhubungan
dengan keagamaan seperti
biblle,rosario dan buku – buku lainnya
termasuk buku-buku pelajaran. Berat rasa
meninggalkan teman-temannya.
Tetapi bataha harus
pulang. Dipintu kamar,
sekali saja dia
melakukan tanda salib.
Dengan banyak
perlengkapan pergilah Bataha menuju
pantai. Dipelabuhan sudah siap
sebuah Konteng, perahu kerajaan
yang dikirim ayahnya
Datu Tompoliu (datu adalah
sebutan untuk raja di
kepulauan sangihe). Dari perahu
menunggu seorang Bobato, seorang Kapiten
laut,pengawal istana,alanga atau
elang (hamba atau budak) yang bertugas
sebagai pendayung. Ada juga
seorang kakek tua yang memegang Tagonggong. Perahu ini
cukup mewah untuk ukuran masa itu. Pada bagian Ujung haluan dan
buritan terdapat pahatan berbentuk
buah bitung. Dengan dipapah
oleh para pengawal
dia naik ke
perahu. Belum juga duduk
dia melakukan satu kali lagi
tanda salib.
Sangat
kental nilai-nilai Khatolik
pada dirinya. Maklumlah, Bataha sudah di baptis sebagai
khatolik dengan nama
Don SintJugov jogolov Santiago
waktu kecil di Istana Tatahikang.
Bataha, dibesarkan dalam kalangan
keluarga Khatolik di istana
kerajaan yang dibangun
kakeknya Liuntolosang,
bersama ayahnya di Kauhis.
Terdengar komando,…..siap berangkat dari Kapiten
Laut. Tak ada angin,
tak ada ombak,memuluskan perjalanan
pulang ke Manganitu.
Dari Manila mereka
melewati Ilo-ilo,jolo,cotabato,
general santos, menyusur pulau-pulau
di Philliphina sampai
ke ujung pulau Mindanao
selatan,pulau Balut dan seterusnya. Mulai Nampak
Marore, sementara Miangas terlihat sangat kecil. Pelayaran mereka
semakin dekat dan
sudah kelihatan samar-samar
pulau sangihe.Semakin dekat makin
jelas pulau Nipa dan sekitarnya,
pulau Beng darat.
Saat ini haluan
mengarah ke selatan melewati
pulau Batunderang,pulau Bebalang,pulau Mahumu,tanjung Sahong,tanjung Lelapide,tanjung
Bulude,akhirnya sampailah mereka di wilayah kerajaan
Manganitu dibawah kekuasaan ayahnya Tompoliu. Sesudah melewati
pelabuhan kerajaan yang
terletak di semulawak,
perahu diarahkan keantara dua
pulau kecil di depan
Tatahikang.
Disana sudah
bersiaga prajurit kerajaan,
para dayang, terutama
isteri dan adik-adiknya, tampak Diamanti dan
Sapela yang melambaikan tangan. Sang
ayah berdiri di atas
tanjung mengapit pedang barļa. Tompoliu, kelihatan
sudah semakin tua. Tergambar kegembiraan di rautnya karnatelah datang
sang penerus kerajaan.
Perjalanan yang
ditempuh berhari - hari lamanya.
Hari ketika Bataha
tiba tepat dihari Minggu.
Tanpa lelah, diperintahkanya para pekerja
perahu untuk mengantarnya
ke Gereja. Letak Gereja
dari Istana sekitar 5 km. Sesampai ditanjung Liang, Gereja yang
dulunya megah, sekarang
mulai rusak. Sejak
tahun 1619, para pemeluk
Khatolik adalah musuh bagi
VOC , terutama warga Spanyol dan Portugis. Penduduk dipaksa
untuk menganut agama
Kristen Protestan. Semua
yang berhubungan dengan kegiatan keagaman Khatolik dimusnahkan.
BekaspondasigerejaKhatolik,
tempatBatahasantiagoberibadah yang
berkedudukan di
diTiwoperbatasanKampungKauhisdanKampungKaratung II .
UPACARA MELAHUNDUITANG
Hari masih pagi buta, beberapa orang Minihu (tukangpalakat) telah beranjak dari
tempatnya ke semua desa di
pusat kerajaan Manganitu, mulai dari Barangka
sampai ke Kauhis. Mereka mengumumkan penyampaian dari
Datuk Tompoliu bahwa akan ada
pengangkatan raja baru untuk
menggantikan kedudukannya.
Beberapa hari kemudian bataha dipanggil oleh ayahnya.
Malam hari diruangan utama
berkumpullah kerabat Istana.
Terlihat beberapa allangga,elang kerajaan mempersiapkam
ruangan membersihkan lantai
yang akan diduduki. Beberapa tikar
dari bahan pandan terbentang dilantai. Sekejap, satu-satu
padamara mulai di pasang. Saat sebelum
kegiatan dimulai terdengar
musik mengalun yang di kumandangkan oleh sekelompok pemain musik Oli’ di teras
depan istana. Sebuah Tagonggong
kerajaan ditabuh berkali-kali,
sesudah itu suasana menjadi hening.
Padamara di Istana kerajaan
Manganitu.
Duduklah Tompoliu
dan berkata ; Aku
sudah sangat tua, saatnya kedudukan raja diganti oleh orang yang
lebih muda. Dilihatnya Bataha,
dan menoleh keisterinya
Lawewe, tampak juga di
samping kanan, saudara kandung
Tompoliu bernama Lantemona. Ada
percakapan kecil dengan
Lantemona. Sang Boki kelihatan
biasa-biasa saja, sambil mengunyah sirih.
Tompoliu kembali bercerita, diantaranya tentang silsilah Tolosang. Kakek kalian Liuntolosang mati dan dipancung
kepalanya di Tahuna karena mempertahankan batas
kerajaan yang dirampas
Kerajaan Tahuna. Kinipasukan VOC mengambil hak kita.
Banyak hal telah mebebani kerajan
Sejak orang tua saya
berkuasa. Untuk itu saya
menetapkan seorang pengganti,
yaitu Bataha. Disamping
sebagai seorang terpelajar,
dia juga memikul
tanggung jawab “ I akang ganting
ghagurang “. Semua sepakat. Lantemona
menyerahkan sebuah Baļa(pedang raja) dan bengko (tombak) pusaka yang digunakan
membunuh PulungtumbagedalamperangTahuna
- Manganitu. Ayahnya
Tompoliu menyerahkan satu
gulungan
rokokpeninggalandariLumanu (kulanoManganitu).
Setelah
mengadakan persiapan,tibalah hari
penobatan Raja baru.
Penobatan raja baru
diadakan melalui upacara
Melahunduitang atau penobatan
pengeran diatas pangeran. Bataha duduk
bersila, kedudukanya berada di posisi
terdepan menghadap Raja Tompoliu. Iring –iringan musik
Oli’ berbunyi disertai
suara seorang perempuan tua
yang mĕdenden (berpantun).
Suara tagonggong
berbunyi dilanjutkan dengan pengucapan sasalamate sebagai pesan
dan nasehat kepada raja
baru. Tidak tampak nuansa keagamaan khatolik di dalam
acara. Karena sejak Spanyol dan
Portugis tidak lagi berkuasa
atas sangihe, misi
khatolik telah ditinggalkan
selama kurang lebih 100
tahun, sampai kemudian
datang Misi Zending. Yang tampak
hanyalah, ampuang, tatanging dan
bihing yang sibuk membakar
kemenyan. Mereka datang sebagai tamu.
Beberapa hari setelah
pengangkatan Bataha menjadi Raja,
meninggallah sang ayah “Tompoliu” . Kabut
duka menyelimuti rumah
raja Tompoliu di Tatahikang.
Jenasah sang raja
dimakamkan dibelakang Istana raja. Penghargaan terakhir, dibuatlah sebuah
makam indah,yang dibuat dari
susunan batu-batu dengan
konstruksi berbentuk lonjong setinggi limapuluh sentimeter. Sebelum meninggallnya sang ayah, Santiago memperisteri Maiang sebagai isteri ke dua dan
memperanakan seorang
putera bernama Sinadia.
Makam : Raja Tompoliu
di Tatahikang
( darisumber
lain
mengatakanbahwamakamTompoliuberadadekatmakam Salmon GrahunKatiandagho
TUMBAL
PERSELISIHAN SPANYOL DAN
VOC
Bataha
menjadi raja atas
Manganitu, pada tahun 1670.
Hal pertama yang
dilakukan adalah memindahkan
pusat kerajaan ke Bowongtiwo Kauhis. Kedudukan Bowongtiwo
berada di atas tanjung liang yang dulunya adalah pusat kerajaan pertama yang disebut Kerajaan
Kauhis. Jarak dari Tatahikang
ke Bowongtiwo diperkirakan 3 km.
Pemindahan pusat kerajaan
disebabkan dua alasan
yaitu ; Mengenang masa kecil dan konsep strategi pertahanan
perang. Bataha dibesarkan oleh
kakeknya Liuntolosang yang
juga adalah Raja
pertama kerajaan Manganitu.
Tahun pertama pemerintahan
Bataha dikerajaan Manganitu, mulai
disusun strategi pertahanan
kerajaan terhadap serangan
musuh. Istana kerajaan di
Bowongtiwo adalah tempat
yang paling baik untuk
memantau kedatangan musuh
dari dua sisi. Bataha dapat memandang langsung dari
depan istana. Dari Bowongtiwo
dapat dipantau perahu-perahu yang
masuk dari selatan di depan Tanjung
Bulude dan dari utara
di depan Maselihe.
Masa disaat
pemerintahan Bataha,
merupakan masa yan
berat bagi Kerajaan-kerajaan utara
dan Kesultanan – kesultanan
di Kepulauan Maluku, termasuk Kesultanan di
kepulauan Philliphina.
Daerah ini merupakanjalurpelayaranke utara Nusantara
Van Neck dan Cornelius de HoutmanmenemukanjalurbarumenujukeP.Jawa. Kondisi
pelayaran ini dipenuhi
dengan keinginan monopoli
dagang antara Kerajaan Portugis, Kerajaan Spanyol dan
Kerajaan Belanda. Pulau Sangihe merupakan
pelintasan utama armada laut
Spanyol dari Philliphina ke
Kepulauan Maluku.
Jalurpelayaran di
masa VOC, Philiphina, Kepl.SangihedanKepl.
Maluku
30 Maret 1667
diadakan perjanjian antara
sultan Ternate,sultan Tidore yang menyerahkan wilayah kekuasaannya
sebagai bagian dari VOC.
Ketika itu sultanat ternate dan
sultanat tidore telah mengklaim kekuasaan atas Jazirah Minahasa
dan kepulauan Sangihe. 15 Mei 1671, Tuan-tuan XVII atau de
heren zeventjen sebagai pelindung
VOC di kerajaan
Belanda menetapkan Siau sebagai
bagian dari kekuasan VOC. Sejak saat
itu daerah-daerah yang berpotensi rempah-rempah dikepulauan
Sangihe mulai dikuasai VOC. Keberanian VOC
merampas daerah yang sebelumnya
dikuasai Spanyol karena
didukung oleh kesultanan Tidore sebagai kakitangan
VOC. Keinginan bangsa barat memonopoli perdagangan di utara Nusantara menjadikan beberapa
kerajaan sebagai taruhan kemenangan. Kepulauan sangihe
mempunyai kedudukan yang sama dengan kepulauan Maluku. Keadaan
alam sangihe dipenuhi
dengan tanaman Pala,kelapa,
disamping itu ada
juga tanaman cengkeh.
Semenjak
Tompoliu memerintah dikerajaan Manganitu, sudah
terjalin persahabatan yang
erat antara Spanyol
dan Kerajaan Manganitu. Untuk menjaga kerajaan Manganitu
dari kemungkinan serangan
VOC, spanyol telah menghadiahkan dua
buah meriam besar. Persahabatan inilah
yang memicu keinginan VOC untuk menaklukan Manganitu. Dalam masa
pemerintahan Raja Bataha,
kerajaan Manganitu mencoba
mengambil hati raja-raja
lain di pulau Sangihe
menyatukan tujuan untuk berperang
melawan VOC. Dikirimlah beberapa
utusan dengan maksud mengadakan
kesepakatan menjelang masuk
dan berkuasanya VOC di kepulauan
Sangihe. Bataha tahu persis misi bangsa barat datang
ke Timur semenjak belajar
di Manilla. Setibanya di Manganitu dia
baru sadar bahwa
neg’rinya sedang dijajah.
SIAP UNTUK BERPERANG
Suatu
hari diawal tahun 1675 dalam istana kerajaan Manganitu,telah berkumpul
pejabat-pejabat kerajaan. Bataha
duduk di tempat duduk yang agak rendah sehingga kakinya
dapat di lipat. Disekitar bataha
sudah duduk bersila dilantai,
para Bobato kerajaan Manganitu dan kapiten lautdanpejabatistanalainnya.
Hadir juga adik-adik dari Bataha yaitu
Diamanti, Sapela, Apueng, Gaghinggihe.Dibagian
belakang terdapat hokolimampulo (Bangsawan) dan Bahaning beo’e
(parapemberani). Bataha menyampaikan
keadaan Nusantara, dengan penuh
keyakinan dia mengatakan bahwa kita sedang di permainkan. Kita
bukan sahabatnya Spanyol, kedatangan mereka hanya ingin
mengambil apa yang kita
tanam. Adapun VOC adalah warga
yang datang dari
daerah yang sama dengan Spanyol.
Pasti keinginannya sama seperti
yang telah dilakukan
di Maluku. Kita jangan sama seperti Mandarsyah……….
Sesaat kemudian Bataha memerintahkan seorang prajurit dipintu masuk untuk mengambil krikil dipantai. Sang prajurit dengan seorang
Allangga turun kepantai mengambil
krikil secukupnya.Bataha mulai
menunjukan melalui batu-batu
kecil, meletakan pada
posisinya di lantai yang terbuat
dari papan. Apa yang ditunjukannya adalah posisi
Spanyol di Manila
dan jalur pelayaran ke
Maluku. Bataha juga menunjukan
kemungkinan masuknya Belanda dari arah Tamako. Hari mulai
gelap datang seorang kerabat raja
menjamu orang-orang didalam istana. Percakapan dihentikan
sejenak karena telah ada
Sagu bakar diatas piring porselin yang siap
dimakan dan beberapa ekor ikan
laut. Bataha lalu menjelaskan bermacam strategi yang
diperlukan dalam rangka
menghadapi VOC jika menyerang
Kerajaan Manganitu seperti
yang telah dilakukan di Kerajaan Siau. Banyak hal
yang sudah dibicarakan
termasuk kesiapan Perahu-perahu
perang dan alat – alat
perang. Kedudukan para
bahaning beo’e dilokasi
masing-masing. Pertemuan
hari itu berakhir menjelang subuh.
Yang mendorong
Bataha untuk bersiap
perang adalah “Palakat Panjang” atau Lange Contract yang
dikeluarkan VOC, sangat
merugikan pihak kerajaan. Isi Plakat
panjang antara lain. Musnahkan tanaman
cengkeh,tidak boleh ada
penganut agama Khatolik dan
semua benda yang
digunakan di gereja khatolik sebagai bentuk
kekafiran. Semua wajib menganut
agama Kristen Protestan. Beberapa
benda yang ada
di gereja khatolik
kauhis ditanam didekat salah
satu muara sungai di perkampungan kauhis. Sebelum kemudian
gereja tersebut dihancurkan
oleh VOC.
Sebagai seorang
raja yang terpelajar,
bataha menganggap perjanjian
itu merugikan kerajaan
dan rakyatnya. Bataha
yang juga seorang
khatolik merasa tersinggung
dan terhina atas perintah
untuk menghancurkan benda –benda
yang berhubungan dengan
gereja.
Setelah
mendengar berita tersebut dia
lalu meremas Rosario
ditangannya, kelihatan mulutnya
komat-kamit. Mungkin
mengucapkan doa. Sejak
mendengar berita tersebut semakin
gencar dia menggalakan
persiapan perang.
PEPERANGAN DIMULAI
Waktu
perang datang juga. Sultan sibori
anak sultan Mandarsyah dari Maluku diperalat oleh
VOC datang ke Manganitu
untuk mempertegas perjanjian yang
telah dibuat sepihak. Bataha harus dihukum. Tapi hasilnya, Bataha tidak mau
menandatangani surat perjanjian
tersebut. Sultan sibori
kembali ke Maluku
untuk menyampaikan hal tersebut
kepada pihak VOC. Sambil menunggu jawaban dari
pihak VOC, Bataha
mengadakan pertemuan dengan
para pejabat kerajaan dan
semua pihak yang
terlibat dan melibatkan
diri dalam peperangan.
Dalam pertemuan itu
dengan tegas Bataha
berkata : “ I kite mendiahi wuntuang ‘u seke,nusa kumbahang
katumpaeng” yang artinya, kita harus menyiapkan pasukan
perang, negeri kita jangan
dimasuki musuh.
VOC
membuat siasat baru yaitu mempersunting Sibori atas
putri raja Tabukan bernama Maimuna. Pernikahan tersebut dilakukan untuk
mempermudah masuknya pasukan
VOC dan sekutunya
Sultan Sibori untuk
tinggal lama di pulau
Sangihe. Sejak saat
itu di mulailah peperangan
antara VOC dan sekutunya Sultan Sibori melawan pasukan Kerajaan
Manganitu.
Armada VOC dikirim
dari Maluku sampai ke
pusat kerajaan Tabukan di Soa
Tebe. Dari Tabukan mereka menyusur pantai sampai
ke Tanjung Maselihe. Memasuki laut didekat
tanjung Lesa para pengintai yang bersembunyi di Lembabua sudah meberikan
pesan kepada pasukan dikerajaan Manganitu secara berantai. Bataha memantau dari depan
Istana di atas tanjung liang.
Dengan cekatan, Bataha dan
para prajurit langsung turun ke Semulawak karena perahu
perang ada dipantai
tersebut. Bataha memimpin langsung
peperangan dilaut sebagai panglima
laut.
PantaiSahese
diKampungKauhissebagaitempatpertempuranterakhir
pasukanBataha
Santiago dengan VOC
Strategi perang
yang digunakan adalah : Bataha
menggempur pasukan laut
musuh mulai dari pantai
Bahoi,dia sendiri yg
menjadipanglima laut. Sedangkan
Diamanti berada dipantai
dengan pasukan darat. Jika
mungkin pasukan laut
dan pasukan di pantai melemah, maka Sapela sudah
siap dengan pasukan
gunung. Kalau sampai terdesak
mereka akan berlindung di atas bukit yang
jauh dari pantai
seperti didaerah bentihe,peka
dan berakhir di Longso (dekatbatumbakara). Disana
terdapat benteng kecil
yang tersusun dari
batu-batu besar. Benteng tersebut
bernama Batumbakara.
ARMADA PERANG LAUT
BATAHA SANTIAGO
Perahukontenggenerasipertamadengankapasitasmuat 30
sampai 40 orang
sebagaipenggempurdilautlepas.
Perahuini di
rancangsebagaiperahudinas raja dalamkunjungankedaerahkekuasaan,
padasaatterjadiperangdengan
VOC digunakansebagai armada
perang.
Perahukora-korasangiheygdisebutdorohe.
Berkapasitasmuat
40sampai 60 orang, sebagaiperahupenggempurbarisankedua.
Di rancangkhususuntukmajumundurtanpamemindahkanhaluan
Padaawalnyaperahuinidigunakansebagaiperahutempur,
dikemudianharidigunakansebagaitransportasilautantarpulau-pulau yang
berjauhan.
PerahuBininta, oleh orang
BelandadisebutTumbilung.
Perahuiniadalahperahu
Raja jugasebagaiperahuuntukmenangkapikan. Di
saatperang, perahuinidigunakanolehpanglimaperangdanpengawalpribadi
(Ukurandankapasitasbelumada
data pasti)
Meriam Portugis yang
digunakan Kerajaan Manganitu
melawan VOC
( Terletak di depan
kantor camat Manganitu )
Berhari-hari
bahkanberbulan-bulanlamanya mereka
melakukan pertempuran, akan
tetapi pasukan Bataha
tidak dapat dikalahkan. Banyak korban
jatuh dari kedua pihak. Melihat
keadaan tersebut, oleh
VOC perang dihentikan. VOC
mencari siasat baru untuk
mengalahkan Bataha. Dicarinyalah
teman dekat Bataha untuk membujuk Santiago
agar menyerah. Ditemukanlahdua sahabat
Bataha. Mereka adalah Sasebohe dan Bawohanggima, masing-masing dari Tabukan
dan dari Pensu’.
HARI – HARI
MENJELANG KEMATIAN
Diketahui bahwa
Santiago berada di
bekas istana Tatahikang,
Mereka mencari bataha
untuk berunding. Kedatangan mereka
diketahui oleh Bataha. Bataha dan prajuritnya
langsung berlari menyusur pantai
sampai ke pantai
kauhis. Dipantai kauhis bertemulah dua
pihak tersebut. Sasebohe dan
bowohanggima berusaha membujuk Bataha agar
menyetujui perjanjian.
Bataha tetap saja
menolak, lalu terjadilah
pertempuran antara kedua
pasukan.
Agar supaya
tidak jatuh korban yang lebih banyak, Bataha langsung
menghindar dari tempat
itu. Dengan langkah cepat
dia beranjak dari
pantai lalu menuju
Istana yang jaraknya tidak jauh. Setibanya diistana,
terlihat keluarga dan
kerabat dekat sedang
berkumpul. Rupanya mereka sedang mebicarakan keadaan bataha. Sinadia sang anak dipeluknya,lalu mendekatlah
sang ibu. Ibunya
menyampaikan beberapa kata
yang mendorong semangat juang
bataha. Jadikanlah dirimu
sekuat namamu “Bataha”batahaberartisakti. Dengan beberapa
puluh orang pengawal
dan prajurit, mereka
melanjutkan perjalanan ke arah
bukit. Sebentar saja mereka
sudah tiba di bowoluhu, lalu ke peka diatas
bahoi dan kemudian berakhir
di Batumbakara.
Bataha masuk kedalam, naik keatas
batu sambil menatap indahnya pantai sangihe. Nampak dua
pulau kecil di depan
Tatahikang yang disebut “pinebentengang”. Kearah
lain dia menatap Sahendaļumang,
gunung para leluhur. Belum lama mereka
berada di Batumbakara, muncullah dua
sahabatnya yang nanti berkianat, Bawohanggimalangsung masuk.
Sebagai sahabat, batahapun
mempersilahkan masuk. Sebelumnya
bataha sudah mendengar
kabar, jika bataha tidak
mau menyetujui perjanjian taruhannyaadalah rakyat,keluarga dan
kerabat yang ada
dikerajaan Manganitu akan
dihukum.
Batumbakara,
sebuahbiliksempitdalambatu,
terletak di perbukitanKampungKaratung II,
sebagaitempatpersembunyianterakhirsebelumBatahasantiago di
tangkap
Tanpa banyak tanya,
bataha langsung turun
sampai ke pantai paghulu. Disaksikan oleh beberapa
keluarganya, dia naik keperahu VOC menuju ke
Tahuna bersama-sama dengan perahu
yang di tumpangi Sultan Sibori.
Tak satupun keluarga
yang berani menyapa. Sebelum
perahu didayung, bataha sempat
meneriakan “Nusa Kumbahang Katumpaeng”, seperti yang
sering diucapkan selama peperangan. Perahu berlabuh di pantai Bungalawang - Tahuna. Dia
langsung dibawa ke kantor VOC
di dekat tanjung tahuna.
Didalam kantor sudah menunggu perwakilan dari Gubernur Padtbrugge
(kedudukanmarkas VOC tepat di kantorkodimsekarang).
Diatas meja sudah
disiapkan surat kontrak
untuk perjanjian berupa “lange contract”. Dengan
perantara Sultan Sibori disampaikan pesan Gubernur. Bataha
tetap pada pendirian, tidak mau
menandatangani surat perjanjian. Dengan
alasan itu, maka
bataha dijatuhi hukuman
mati. Satu regu tembak
dipersiapkan. Tembakan sudah dilakukan. Semua pengikut bataha menundukkan wajah, kecuali Diamanti. Apa yang
terjadi, bataha masih tetap
berdiri. Karena kesaktiannya,
tubuh bataha tidak
dapat di tembus
peluru. Tim eksekutor merubah
cara eksekusi, bataha
diantar ke tanjung
Tahunadandigantungditianggantungan.
Ditempat inilah bataha digantung pada
seutas tali. Pada saat
itu bataha menghembuskan
nafas. Menjelang senja, mayat
bataha diturunkan dari
tiang gantungan. Sultan sibori
yang tidak yakin
akan kematian bataha, memerintahkan untuk
memenggal kepala bataha
dari badannya. Hal ini sering dilakukan sebelumnya kalau
membunuh orang-orang yang
memiliki kesaktian, dengan maksud untuk memastikan
bahwa orang yang dibunuh, benar-benar sudah
mati.
Menjelang subuh,
sapellahadik Santiago, seorang diridatang mengambil
mayat bataha. Karena tubuh bataha sangat
besar maka sapelah tidak mampu
mengankat seluruhnya. Diputuskannyalah utuk membawa kepala bataha ke istana di Bowongtiwo. Ketika berada
di paghulu, hari mulai terang.
Agar tidak diketahui
oleh pihak VOC dan
kakitangannya,maka sapela
membelokan haluan perahunya ke salah satu
pantai dan menguburkan
kepala bataha di antara akar pepohonan
besar. Nama tempat tersebut kemudian
dikenal dengan nama
“Nento”.
Bertahun-tahun kubur
kepala bataha selalu dirahasiakan keberadaannya. Hanya orang-orang dekat kerajaan yang tahu dimana kubur
kepala bataha. Sampai suatu
hari tersibaklah rahasia itu
dari mulut bapak Lepinus
Musasangpenjagamakam. Diakhir
tahun 1950 letak pasti kubur yang
sebelumnya simpang siur akhirnya
ditemukan. Sejak saat
itu lengkaplah kenangan
tentang Bataha Santiago. Sedangkan kubur
badan bataha tidak pernah
ditemukan.Inisiatifpencariankuburkepala Santiago
dilakukanolehChristoporusManeking, bapakTiwacamatmanganitu (keturunan
Santiago dariisteripertama) danbeberapa
orang keturunan Santiago lainnya.
SILSILAH RAJA - RAJA
DIKERAJAAN MANGANITU
Kerajaan Manganitu adalah bekas Kejoguguan Kauhis yang
diperintah oleh Jogugu Naleng, yang berada dibawah kekuasaan kerajaan Tabukan.
Jogugu Naleng adalah putra dari Ratu Lohoraung yang
memerintah kerajaan Taghulandang.
Diangkat menjadi Jogugu Kauhis karena memperistri
Kaengpatola anak dari Kulano Makalupa
di Salurang – Tabukan.
Kulano Makalupa beristri Kinding Sangiang anak dari kulano
Menentonau.
Dari perkawinan Naleng dan Kaengpatola melahirkan anak :
Liungtolosang dan
Mawirangpakele.
Pada saat Tolosang akan diangkat menjadi jogugu Kauhis, Raja Tabukan Wuatengsemba mengubah kejoguguan Kauhis menjadi Kerajaan.
Tolosang kemudian menjadi Raja pertama dengan nama kerajaan Manganitu.
1. Tolosang (Liungtolosang) 1600-1645
Raja
pertama kerajaan Manganitu yang berpusat
di Bowongtiwo.
2. Tompoliu (putra raja Tolosang) 1645-1670
Memindahkan
pusta kerajaan di Tatahikang
Meninggal
tahun 1670 dan dimakamkan di Tiala
3. Bataha /
nama sasahara (Putra raja Tompoliu) 1670-1675
Nama
Baptis Don Sint Jugov Santiago
Lahir
Tahun 1622
Memindahkan
pusat kerajaan dari Tatahikang kembali ke Bowongtiwo.
4. Charles Diamanti ( Adik dari Bataha Santiago) 1675-1694
Memindahkan
pusat kerajaan dari Bowongtiwo ke Paghulu
Raja
ini menandatangani kontrak dengan
Belanda 10 Desember 1677
Pada saat inilah Kerajaan Manganitu berada dibawah pengaruh
Belanda.
5. Marthin
Joutulong Takaengetang 1694-1725
Putra
dari Raja Tabukan bernama Don Fransiskus Makaampo Yuda I
Pada
saat ini pusat kerajaan dipindahkan lagi dari Paghulu ke Tatahikang.
Pada
masa ini Kerajaan Manganitu mendapat wilayah baru di bagian Manganitu Selatan.
dengan
batas dari Batumpuikang sampai ke Bitungmahangu.
Raja
Takaengetang memerintahkan rakyat menggali terusan didaerah Batunang dan
menjadi awal kelahiran pulau Batunderang.
6. Marthin
Don Lazaru 1725-1750
Pada
masa ini pusat kerajaan dipindahkan dari Tatahikang ke Paghulu.
Pada
saat yang sama, Paghulu diubah menjadi Karatung.
Tahun
1750 Raja Lazaru terlibat pemancungan kepala orang dan ditangkap oleh Belanda
lalu
dibuang ke Kaap de Goede Hoop kemudian dipindahkan ke
Madagaskar bersama 45 keluarga.Pada masa
tua Lazaru dipindahkan ke Jawa sampai wafat dan dikuburkan dikompleks makam
raja di Cirebon.
7. Salmon
Grahun Darunaling Katiandagho
1750-1770
Pada masa ini pusat kerajaan dipindahkan dari
Paghulu ke Manganitu,Raja inilah yang
memprakarsai penimbunan rawa-rawa dengan batu karang.
8. Marthin
Lombangsuwu Katiandagho 1770-1785
Putra
dari Raja S.G.D. Katiandagho.
Meninggal
di pulau Balut karena mebantu saudaranya yang sedang berperang.
9. Daniel
Katiandagho Darunualing II 1785-1792
Dimakamkan
diTabukan.
10. Bagunda
Katiandagho 1785-1792
Adik
dari raja Daniel Katiandagho
11. Dirk
Mokodompis Lokombanua III 1817-1848
Putra
dari Jogugu Darongke
12. Jacob Bastian Tamarol – Tampungan 1646-1855
13 Hendrik
Corneles Jacob Tamarol – Nonde 1855-1860
Makamnya
ada dibawah Mimbar Gereja Petra Manganitu.
14. Jacob
Laurens Tamarol – Kasehang 1860-1864
Dimakamkan
di Lapepahe – Manganitu selatan
15. Manuel
Mokodompis Hariraya – Tanawata 1864-1880
Setelah
Raja ini wafat maka kerajaan Managanitu diperintah oleh :
5 orang
presidensi pengganti Raja :
1.
S. Tingkue – Pontolaeng 1880-1881
2.
J. Makahekung – Manginteno 1881-1882
3.
D. Katiandagho – Kirahang 1882-1883
4.
Salmon Katiandagho Wintuaheng 1883-1886
5.
Lambert Pontoh 1886-1892
Setelah melalui pemerintahan presidensi pengganti raja maka
diadakan lagi pengangkatan raja.
1. J. E. Mokodompis Tampilang 1892-1905
2. Wellem Manuel Pandensolang Mokodompis 1905-1944
Pada tahun 1912 Wilayah kejoguguan Tamako dari kerajaan Siau
diserahkan kepada Kerajaan Manganitu. Oleh Raja Wellem M.P. Mokodompis, tahun
1916 pusat kerajaan Manganitu dipindahkan ke Tamako. Nama kerajaan berubah
menjadi Kerajaan Manganitu Tamako.
Willem M.P. Mokodompis menjabat raja Tahuna pada tahun 1928-1930 karena raja Christian Ponto dibuang Belanda
ke Luwuk – Sulawesi Tengah.
Tahun 1944 raja
Willem M. P. Mokodompis ditangkap oleh tentara Jepang bernama Yamamoto
dengan alasan Raja Willem M.P. Mokodompis adalah mata-mata Belanda.
19 Januari 1945 dipancung kepalanya oleh tentara Jepang. di
tanjung Tahuna.
3. Alexander Abrosius
Darondo (Ambong) 1945-1949
Diangkat
menjadi raja Manganitu setelah pensiun dari Jogugu Manganitu.
Sesudah Raja Darondo tidak ada lagi pengangkatan Raja.
Nama – nama Jogugu :
Tahun
1922 -1945 terdapat beberapa orang
Jogugu yaitu
Jogugu Makahekung (ayah dari wawu mawira),
Jogugu Dalawir dan
Jogugu A.A. Darondo
Pada saat Makahekung memerintah sebagai Jogugu di Manganitu,
Bapak Dalawir
Bertugas sebagai
Kapiten Laut Kampung Mala.
Bapak Dalawir Tercatat sebagai Jogugu Terakhir kecamatan
Manganitu, Sampai ada
Pemerintahan dalam bentuk Kecamatan dengan Camat Pertama
Bapak Tiwa.
BATAHA SANTIAGO DALAM
SILSILAH MOKODOLUDUGH
Mokodoludugh memperisteri Ambunia, memperanakan :
- Daloda
- Langiran
- Dadoti
- Mokalu
Daloda memperistri Donagbala, memperanakan :
- Binangkang
- Mokodompis
Binangkang mempersisteri Pisiwulaeng, memperanakan :
- Lokombanua
- Bukalakombang
- Bohokiki
- Bulango
Bulango memperisteri Utabulaeng, memperanakan
- Mokoalo
- Matindas
- Kalengkongan
- Kumonang
- Lentengmanguntung
- Lohoraung
Lohoraung bersuamikan Pahawontoka II,memperanakan :
- Naleng
- Sundaite
- Lahegasawang
- Akatih
- Bowongpangsihe
- Moletatarang
- Mataputung
Naleng memperisteri Kaengpatola, memperanakan :
- Tolosang
( Raja Manganitu pertama )
- Mawirangpakele
Tolosang dan permasuri Ahungsehiwu memperanakan :
1. Tompoliu
2. Lembungsensale
Tompoliu dan permasuri Lawewe memperanakan :
1. Bataha Santiago
2. Charles
(carlos) Diamanti
3. Sapelah
4. Apueng
5. Gaghinggihe
SANTIAGO DENGAN PERMASURI
Pertama LEKUMBUWE
LEKUMBUWE (putri dari Tahuna anak dari Manopo, cucu
Tatehewoba)
Dikaruniakan seorang anak bernama Dalepe
1. Dalepe
memperistri Sutelawo memperanakan :
-
Takasumiang
-
Tundungdatu
-
Lumiukonda
2. Takasumiang
mempersitri Naimang memperanakan
- Belilawo
3. Belilawo memperistri Linoge memperanakan :
- Lekungbulaeng
- Maimuna
4. Lekungbulaeng memperistri Pilate memperanakan
- Bewengsangiang
- Sogeha
- Beatris
- Nangingsangiang
5.
Beatris dengan Hongi memperanakan
- Mika
- Mandi
- Ndaghu
- Manuel Mokodompis Hariraya Tanawata
- Weli
6. Manuel M.H. Tanawata memperistri….
memperanakan ;
7. Wellem Manuel
Pandensolang
Mokodompis
SANTIAGO DENGAN PERMASURI
Kedua MA’IANG
MAIANG dikaruniakan
seorang anak bernama Sinadia.
1. Sinadia mempersitri Tuka dan memperankan
- Lahekabe
2. Lahekabe memperistri Mening dan meperanakan
-Dolotimbang
3. Dolotimbang
memperistri Sapetu memperanakan
- Medelu
- Ganto
- Lahade
- Papunglawo
- Sompookang
4.
Medelu memperistri Tatungguang memperanakan
-
Duminngu
-
Tambun
-
Mandake
-
Horohiung
-
Malodaeng
-
Ketenguweli
-
Wulaengpaku
-
Masing
-
Uri
Data silsilah diatas diinfentarisasi dari
berbagai sumber oleh Alffian Walukow berdasarkan petunjuk yang
ada di Buku dengan judul
SANTIAGO MELAWAN VOC
oleh Drs. A. Horohiung dan
silsilah di Istana raja Kerajaan
Manganitu