Senin, 23 September 2019
Kumpulan lagu rohani Cipt.Alfons Kondoy
Sabtu, 14 September 2019
Memahami makna Kata BUNGKE
MEMAHAMI MAKNA KATA BUNGKE DALAM TRADISI SANGIHE
Oleh : Alffian Walukow
Oleh : Alffian Walukow
video : ZUMBA BUNGKE
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://m.youtube.com/watch%3Fv%3D348lt-Y0dlY&ved=2ahUKEwin1ZDT7NDkAhU_IbcAHde0C8UQwqsBMAB6BAgGEAQ&usg=AOvVaw3BAScF0WuE5uS2S_yZ7Brp&cshid=1568482667945
Menjelang pemilihan Bupati Kepulauan Sangihe tahun 2017, lahirlah sebuah lagu yang dikenal sebagai lagu “Bungkẹ”. Lagu ini diciptakan oleh Rivo Makatumpias asal Kelurahan Tapuang_Tahuna. Proses lahirnya lagu ini pada awalnya diciptakan sebagai “dukungan” kepada salah satu Paslon Bupati. Tak disangka dan tak diduga kehadiran lagu “Bungkẹ” sangat disukai oleh masyarakat Sangihe.
Pada tahun itu juga lahir ide baru dari dua orang muda bernama Heri Tempomona dari Kampung Naha dan Komar Durubatu dari Kampung Naha. Mereka menciptakan gerakan Zumba dengan iringan musik menggunakan lagu Bungkẹ. Karena menariknya gerakan Zumba tersebut maka mereka sering diundang dalam beberapa Iven (hayatan atas kemenangan salah satu Paslon).
Melihat gejala tersebut, pada tahun 2018 mulai diadakan lomba Tari Bungke. Pada beberapakali tampilan tari Bungke banyak variasi tari yang memunculkan gerak tari mengadaptasi gerak tari Tradisi seperti Gunde, Salo, dan gerakan “Yora” Masamper. Pada tahun 2018 lahirlah sebuah kegiatan yang dinamakan “Senam Bungke”. Pola gerak pada senam bungke memuat gerakan-gerakan tambahan yang diambil dari gerakan tari tradisi Sangihe.
Antusias masyarakat Sangihe menyambut lahirnya lagu Bungke sangat tinggi. Oleh keadaan itu, bapak Bupati Kepl. Sangihe memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Rivo Makatumpias pada acara peringatan setahun “Megahago”. Lanjutan dari penghargaan tersebut, lagu Bungke telah ditetapkan sebagai salah satu lagu resmi daerah dengan Surat Keputusan (?) no. 5 tahun 2019.
Apa itu Bungke?Kajian singkat tentang pesan dan makna yang terkandung pada lirik lagu Bungke.
Lirik lagu Bungke :
1. Bangun pagi, Samua ba kumpul
2. Di atas sana, di Pamangkonang
3. Siapkan Niat dan juga tekad,
4. Untuk mencari, mencari pala
5. Bungke kanan, bungke kiri
6. Pertahanan siap diuji
7. Awas jangan dapa riki
8. Siap jo Lari
9. Turung Kuala, nae tanjakkan
10. Masuk Jurang sudah biasa
11. Anak Tarzan dari Tapuang sudah biasa.
Adaptasi ke Bahasa Indonesia
1. Bangun Pagi , semua berkumpul
2. Diatas sana, di *Pamangkonang
3. Siapkan niat dan juga tekad
4. Untuk mencari, mencari **pala
5. ***Bungke kanan, bungke kiri
6. Pertahanan siap di uji
7. Awas,…jangan sampai kepergok
8. Bersiap untuk lari
9. Turun sungai, naik tanjakan
10. Masuk jurang sudah biasa
11. **** Anak Tarzan dari *****Tapuang sudah biasa
*tempat pengolahan sagu
**Pala adalah jenis buah yang didalamnya terdapat “fuli” yang membungkus batok dan didalam batok terdapat “koe”. Harga dari kedua bahan tersebut lumayan mahal)
*** Bungke : adalah kosa kata bahasa sangir yang memiliki pengertian sebagai “ Mencari sesuatu direrumputan atau diantara dedaunan dengan cara mengais”. Aktifitas seperti itu di sebut juga sebagai “mêmungkẹ” (bah. Sangir), “mêmungki” (bah. Siau). Dalam bahasa Sangir Sasahara kata Bungkẹ disebut “Mamoso” .
****Anak Tarzan : sekelompok anak anak muda yang jago memanjat pohon.
*****Tapuang : adalah nama kelurahan di Tahuna
Dalam tradisi Sangihe, memungke adalah sebuah aktifitas mencari sesuatu diatara rerrumputan atau dedaunan.
Misalnya :
- Memungke Cingke : mencari cengkih diantara dedaunan dengan cara mengais dengan tangan atau menggunakan ranting.
- Memungke Pala : mencari biji pala yang jatuh diantara dedaunan dengan cara mengais dengan tangan atau menggunakan ranting. Biji pala yang jatuh dapat berupa biji pala yang jatuh saat sedang panen atau yang jatuh saat tidak panen (jatuh dengan sendirinya)
- Dibeberapa tempat di pulau Sangihe, memungke adalah kegiatan yang positif. Hal yang sama juga terjadi di Pulau Siau, anak - anak sekolah tidak dilarang memungke biji pala di kebun pala yang bukan milik sendiri tetapi dengan syarat “dilakukan sebelum pemilik pohon pala melaksanakan panen” artinya : mereka hanya mengambil biji pala yang jatuh dengan sendirinya dari pohon.
- Aktifitas bungke atau memungke mulai tidak disukai karena : orang-orang yang datang ke kebun pala (milik orang lain) tidak hanya memungke saja atau mengambil biji pala yang jatuh tetapi mulai memanjat pohon dan mengambil biji pala yang masih tergantung dipohon.
- Salah satu dampak dari tidak disetujuinya “bungke” adalah lahirnya peraturan Kampung yang melarang siapa saja “membungke” dikebun yang bukan milik sendiri.
Setelah kebiasaan membungke mulai disalah gunakan maka sebagian masyarakat menganggap Bungke sama dengan “Mencuri”
Dokumentasi Bungke dan kunjungan di Festival Pesona Sangihe 2019
Langganan:
Postingan (Atom)