BEKEM I UPUNG
oleh : Alffian Walukow
oleh : Alffian Walukow
Sangihe adalah
sebuah negeri diperbatasan
Utara Indonesia yang berkait pulau
demi pulau. Dimasa lalu,
negeri ini tersembunyi
dibelakang negeri lain dan
terlepas dari belaian ibu
pertiwi. Diatas tanah kepulauan ini hidup berbagai manusia yang “katanya” manusia
Indonesia. Mereka merangkak untuk mencapai Nirwananya sendiri, meskipun hanya
melalui mimpi-mimpi. Berabad –
abad lamanya secara alamiah membentuk kebudayaannya yang diwariskan dari generasi ke generasi pada ruang-ruang yang
terbungkam. Tidak banyak anak negeri
Indonesia yang tahu dimana Sangihe.
Mengawali keyakinannya kepada Genggona
Langî
Duata Saruļuang ( Tuhan penguasa langit dan bumi) Sangihe memperkuat
dirinya sebagai sebuah
suku yang berbudaya dan bermartabat agar tidak selamanya teraniaya. Masa
dan waktu telah
merubah segalanya sampai kemudian
lahirlah sang pangeran Gumansalangi menjadi
raja pertama di kepulauan Sangihe.
Dalam perjalanan waktu yang
panjang Tau Sangihê (orang Sangir) pergi sejauh mata
memandang sampai hilang di Tagharoa
(samudera). Menjadi anak laut, berlayar melampaui
batas.
Gunung-gunung api yang
menjulang ke langit diatas dan ke laut dibawah bergantian menghancurkan negeri “pê tatampungang”. Tau Sangir tercerai – berai, terserak seperti sekam
ditiup angin sambil menangis.
Mereka menangis dengan nyanyian,
menyanyi dengan tangisan. Kekayaan alam,
mempertahankan hidup sebagai
pemberian sang “Mawu” (Tuhan).
Tuhan yang memberikan Kelapa, Pala, Cengkeh, dan
kekayaan Laut.
Dalam peredaran
waktu yang panjang, dimana setiap masa
ada orangnya, orang Sangir terus
bernyanyi menjadikannya nafas dalam
kehidupan berbudaya.
Mereka menyanyikan doa dalam Mê sambo ( sambo = syair), membalaskan syair dalam masamper, menarikan syair pada gundẹ,
memainkan syair pada ampa wayer, menunjukkan ketaatan pada ala
badiri, menghunus pedang pada Salo,
Mengatur sikap pada Upasê, menyampaikan nasehat pada Sasalamatê
dan merendahkan diri pada Tuludê.
Seperti laut yang empunya ombak dan angin yang melambaikan daun. Di negeri ini, masih
berayun Nyiur melambai Merah Putih sebagai
tanda cinta kepada Indonesia.
SENI RUPA SANGIHE